Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan menyebut perang dagang China-Amerika Serikat dan langkah Inggris meninggalkan Uni Eropa masih harus diwaspadai pada tahun ini.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kelanjutan perang dagang China-AS dan Brexit masih menggantung. Oleh karena itu, dia menyebut waspada mutlak diperlukan.
Pasalnya, kedua hal ini bisa memantik ketidakpastian bagi investor, utamanya investor asing, yang ingin berburu cuan tinggi di negara berkembang.
"Pada 2020, masih ada hal yang perlu dicatat. Belum adanya kesepakatan dagang China-AS, Brexit masih belum selesai," ujar Wimboh saat memberikan sambutan dalam pembukaan pasar modal, Kamis (2/1/2020).
Terlepas dari risiko tersebut, secara umum, pasar modal Indonesia masih prospektif. Hal itu turut tercermin dalam hasil riset Bloomberg yang mengumpulkan opini investor global tentang negara-negara tujuan investasi, di mana Indonesia menduduki posisi puncak.
Pada perdagangan pasar modal terakhir tahun lalu, tepatnya pada Senin (30/12/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,70 persen dan terjadi net buy sebesar Rp49,19 triliun. Jumlah investor saham mencapai 2,48 juta investor atau naik 40 persen dibandingkan dengan 2018.
Baca Juga
Di pasar surat utang, dana asing masuk sebesar Rp170 triliun sepanjang 2019.
"Tingginya kepercayaan diri investor dikonfirmasi oleh publikasi Bloomberg. Indonesia menempati peringkat tertinggi. Ini juga yang paling menjanjikan dibandingkan emerging markets lainnya, khususnya pasar saham dan surat utang," papar Wimboh.