Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksi akan ditutup pada kisaran 6.350 pada akhir 2019.
Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan IHSG sangat mungkin ditutup di level 6.350 saat akhir tahun. Kemudian, pada awal Januari, IHSG diperkirakan masih akan mengalami kenaikan terbatas.
“Tetapi sesudah itu memang IHSG sangat rawan aksi ambil untung mengingat kenaikan yang cukup signifikan selama bulan Desember. Pelaku pasar kami rekomendasikan melakukan SOS ketika pasar mengalami kenaikan," ujar Hans kepada Bisnis, pada Sabtu (28/12/2019).
Hans menambahkan support IHSG ada di level 6.300 sampai 6.270 dan resistance di level 6.348 sampai 6.370.
Terkait dengan sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG pada Desember 2019 ini, Hans mengatakan dipengaruhi berbagai faktor dari global dan domestik.
"Kenaikan pasar bulan Desember ini tidak lepas dari semakin dekatnya penandatangan fase awal antara China dan AS," ujarnya.
Meskipun awalnya China memperlihatkan sikap maju mundur dan kurang antusias mengenai perjanjian perdagangan dibanding AS. Hans mengatakan pernyataan Beijing bahwa kontak dengan AS semakin dekat tak lama setelah Presiden Trump berkata tentang seremonial penandatanganan pakta perdagangan.
Kemudian, katanya, langkah China yang akan memangkas tarif impor terhadap berbagai barang dari AS. Kementerian Keuangan China mengatakan mulai 1 Januari, akan menurunkan tarif impor pada lebih dari 850 produk, mulai dari daging babi beku hingga beberapa jenis semikonduktor. China juga meningkatkan impor barang Amerika di tengah ekonomi yang melambat dan perang dagang dengan Amerika.
Adapun beberapa data AS menunjukan posisi tidak berubah mulai dari data Departemen Tenaga Kerja tentang klaim pengangguran mingguan AS turun 13.000 menjadi 222.000 lebih tinggi dari perkiraan 220.000.
Departemen Perdagangan AS juga mengonfirmasi kenaikan PDB AS kuartal ketiga, diprediksi naik 2,1% (yoy), tidak berubah dari perkiraan November lalu. Hal ini, kata Hans, memperkuat ekspektasi bahwa The Fed tidak akan menurunkan atau menaikan suku bunga waktu dekat.
Sementara itu, terkait berita pemakzulan Presiden Trump juga tidak terlihat mempengaruhi pasar keuangan di akhir tahun. Seperti diketahui, DPR yang dikuasai Partai Demokrat, memutuskan untuk memakzulkan Trump karena penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres dalam melakukan penyidikan.
Trump menjadi presiden ketiga yang didakwa dengan kejahatan tingkat tinggi, dan sekarang akan menghadapi persidangan di Senat.
"Peluang pemakzulan relatif kecil karena Senat dikuasai Republik. Hal ini membuat pasar tidak terlalu merespon proses pemakzulan ini," ujarnya.
Sementara itu, Hans menjelaskan dari zona Eropa hasil pemilu di Inggris diperkirakan memperlancar jalan keluar Inggris dari keanggotaan Uni Eropa. PM Inggris Boris Johnson telah mendapatkan persetujuan kesepakatan Brexit di parlemen, sehingga besar kemungkinan Brexit yang mulus dari Uni Eropa.
"Kemampuan Inggris mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa dalam rentang waktu relatif singkat tetap jadi perhatian para investor," kata Hans.
Kemudian, optimisme pasar di Desember bertambah setelah rilis data perekonomian China pada Jumat pekan ini. Data menunjukkan laba perusahaan industri China naik tercepat dalam 8 bulan terakhir.
Dia menambahkan data yang dirilis Jumat menunjukkan laba perusahaan industri China naik tercepat di periode November. Tetapi pelemahan demand domestik di China tetap jadi risiko bagi kinerja laba perusahaan tahun depan.
Selain itu Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk menurunkan biaya keuangan perusahaan dan mengisyaratkan pemotongan "yang ditargetkan" pada rasio persyaratan cadangan bank.
Window Dressing
Awal pekan depan adalah hari terakhir perdagangan di tahun 2019, biasanya pasar di warnai aksi Window Dressing.
Hans mengatakan window dressing bisa dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik untuk menarik minat investor dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan perusahan. Salah satunya lewat upaya memastikan agar harga saham di akhir tahun ditutup naik dibandingkan periode sebelumnya.
Selain dilakukan oleh emiten window dressing juga dilakukan oleh fund manager pengelola reksadana. Untuk memberikan laporan terbaik kepada investor fund manager sering mengganti portofolio pada akhir tahun. Saham-saham berkinerja kurang baik dikeluarkan dari portofolio diganti dengan saham-saham berkinerja baik.
Aktivitas ini, katanya, secara langsung membuat saham-saham tertentu yang berkinerja baik mengalami kenaikan. Selain itu, beberapa saham lapis tiga yang dilepas mengalami tekanan harga.
Hal ini, katanya, yang membuat pelaku pasar melihat di ujung tahun sering ada kenaikan saham-saham tertentu terutama saham blue chip. Hal ini cukup sering terjadi di Indonesia dimana setiap bulan Desember IHSG selalu berkinerja positif.
"Investor dan pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum ini untuk meraih keuntungan," ujarnya.