Bisnis.com, Jakarta – Tahun 2019 menjadi tahun yang cemerlang bagi bursa saham Eropa, jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencatat kinerja negatif.
Indeks Stoxx Europe 600 mencatatkan kinerja super, dengan mencatatkan lonjakan hingga 22,99 persen secara year-to-date hingga akhir perdagangan Rabu (18/12/2019). Padahal, indeks Stoxx melemah hingga 22 persen pada tahun 2018.
Indeks Stoxx saat ini bergerak pada kisaran level tertinggi sepanjang masa, juga diprediksi mencatatkan kinerja terbaik ketiga sejak dua dekade terakhir, menyusul lonjakan pada tahun 1999 dan 2009.
Berbeda dari tahun lalu, di mana indeks tertekan oleh sejumlah sentimen, di antaranya perang dagang Amerika Serikat dengan China yang memuncak, tahun ini indeks diwarnai oleh sentimen positif, di antaranya kinerja emiten dan data ekonomi.
Selain itu, perkembangan perang perdagangan AS-China yang memasuki fase perundingan perdagangan, serta data ekonomi zona euro yang positif, juga menjadi sentimen penggerak indeks.
Angka 9 tampaknya menjadi angka keberuntungan, setelah kinerja cemerlang pada pada 1999 dan 2009, kini bursa Eropa diperkirakan mencatat kinerja serupa tahun ini, 2019.
Tetapi, pada tahun 2020 pasar akan menghadapi rintangan serius yang dapat indeks sulit untuk mengulangi reli tahun ini.
Rintangan pertama ada pada tren pendapatan. Penurunan proyeksi pendapatan telah mewarnai sejumlah emitne di tahun 2019, dengan analis tanpa henti memotong perkiraan mereka. Tren negatif masih berlangsung, dan sebagian besar analis mengatakan konsensus 2020 masih terlalu tinggi.
Seperti dikutip dari Bloomberg, tahun depan emiten di indeks Stoxx 600 diperkirakan mencatat pertumbuhan laba sebesar 8,9 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi pendapatan indeks S&P 500 Amerika Serikat.
Penurunan penghasilan untuk Eropa telah melebihi jumlah peningkatan sejak April. Untuk UBS Global Wealth Management, prediksi pertumbuhan laba yang mendukung pengelola aset ini untuk lebih memilih saham AS dibandingkan Eropa.
"Siklus laba AS terasa panjang tapi kami masih melihat campuran pertumbuhan pendapatan yang lebih baik, dan margin yang lebih tinggi dan lebih berkelanjutan daripada di zona euro," kata Maximilian Kunkel, kepala investasi untuk Jerman di UBS Global Wealth Management.
"Volume pembelian kembali saham yang lebih besar kemungkinan akan berarti bahwa pertumbuhan pendapatan A.S. akan mengungguli pertumbuhan pendapatan eropa."
Pertumbuhan ekonomi masih menjadi tanda tanya besar bagi Eropa pada tahun 2020, menyusul adanya risiko kemerosotan lebih lanjut di sektor manufaktur. Prospek yang menantang disorot oleh ECB pekan lalu yang merevisi turun proyeksi untuk ekspansi tahun depan.
Kumpulan data PMI terbaru pada hari Senin (16/12) mengonfirmasi bahwa masalah ekonomi belum mendukung pasar ekuitas. IHS Markit mengatakan pertumbuhan lapangan kerja zona euro melambat ke level terendah lima tahun.