Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Rekomendasi Mirae Asset Sekuritas untuk Sektor Konstruksi, WIKA Jadi Top Pick

Pada 2020, penerapan PSAK 71-72 dinilai akan menyebabkan volatilitas laba terhadap laporan keuangan emiten konstruksi.
Para pekerja terlihat dalam konstruksi proyek residensial dan komersial di Manila, Filipina, Selasa (22/9/2015)./Reuters-Romeo Ranoco
Para pekerja terlihat dalam konstruksi proyek residensial dan komersial di Manila, Filipina, Selasa (22/9/2015)./Reuters-Romeo Ranoco

Bisnis.com, JAKARTA-Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan pandangan Netral untuk sektor konstruksi pada tahun depan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi bisnis 2020.

Dalam riset yang diterbitkan pada Kamis (12/11/2019), analis Mirae Aset Joshua Michael mengatakan pada 2020 anggaran infrastruktur diproyeksikan akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan APBN, yaitu 4,9% secara tahunan dibanding 9,4% y-o-y.

Kontribusi anggaran infrastruktur ke APBN juga menurun dari 31,7% pada 2017 ke 25,1% pada tahun depan. Anggaran infrastruktur juga di nilai hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhan pendanaan.

"Dengan berkurangnya dukungan pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN), dana dukungan tunai atau VGF, LMAN, dan FPP, rencana pembangunan infrastruktur akan menantang," katanya.

Kendati demikian, Joshua melihat raihan kontrak baru emiten konstruksi dapat meningkat karena pada 2019 banyak proyek yang mundur, didorong oleh momentum pemilihan presiden. Proyek-proyek yang tertunda ini bakal dilaksanakan tendernya pada 2020 sehingga bisa mendorong raihan kontrak baru.

Dia memperkirakan hingga akhir tahun ini, kontrak baru secara kumulatif akan turun 1,5% y-o-y. Untuk tahun depan, kontrak baru kumulatif diperkirakan tumbuh 10,4% y-o-y, sedangkan order book bisa tumbuh 7,5% y-o-y.

Dari sisi pendapatan dan laba bersih, Joshua memperkirakan akan tumbuh terbatas karena posisi neraca berada dalam tren yang kurang baik dan menahan kemampuan pembiayaan proyek.

"Pendapatan secara kumulatif diperkirakan tumbuh 3% y-o-y pada 2019 dan 1,1% y-o-y pada 2020. Laba bersih kumulatif akan turun 20,3% di akhir 2019 dan kembali naik 2,6% pada 2020," ujar Joshua.

Dampak PSAK

Penerapan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71-72 juga diperkirakan akan mengurangi laba ditahan para kontraktor BUMN. Dengan ekuitas yang lebih rendah, pihaknya memperkirakan ROE akan meningkat, tetapi hal itu juga akan meningkatkan gross gearing. Pada 2020, penerapan PSAK 71-72 dinilainya akan menghasilkan volatilitas laba.

"Kami mempertahankan pandangan netral kami pada sektor ini, dengan pecking order kami WIKA, PTPP, WSKT, ADHI. Pada harga saham saat ini, sektor konstruksi diperdagangkan pada 8,5 kali dari perkiraan P/E 2020 dan -1,1 standar deviasi dari rata-rata 10-tahun," katanya.

WIKA menjadi top pick karena menjadi satu-satunya perusahaan kontruksi yang memiliki price to earning ratio yang lebih tinggi dibandingkan secara industri, yaitu sebesar 12,2 kali. Menurutnya, dengan fundamental yang lebih kuat dibandingkan perusahaan lainnya, WIKA pantas diberikan valuasi premium dengan target harga Rp2.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper