Bisnis.com, JAKARTA-PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menargetkan nilai kontrak baru dari luar negeri bisa mencapai Rp6 triliun pada 2020.
Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono mengatakan saat ini perseroan telah berada di 9 negara dan tahun depan akan diperluas ke 3 negara lain, yaitu Madagaskar, Mauritius, dan Ethiopia.
"Target kami tahun depan kurang lebih Rp6 triliun untuk kontrak baru dari luar negeri. Ada peningkatan dari tahun ini yang sekitar Rp5 triliun," ujarnya di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Untuk pengembangan bisnis di tiga negara tersebut emiten dengan kode saham WIKA ini menggandeng badan usaha milik negara lain. Perseroan bekerja sama dengan PT Inka (Persero) untuk di Madagaskar dan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk Mauritius.
Sementara itu, untuk proyek di Ethiopia, perseroan bekerja sama dengan anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yaitu PT GMF AeroAsia Tbk.
Destiawan menambahkan pihaknya juga melihat negara-negara lain yang memiliki potensi dengan mempertimbangkan kemampuan pendanaan perseroan. Saat ini bisnis luar negeri WIKA banyak berada di negara-negara Afrika. Untuk tahun depan, kontrak baru juga diperkirakan mayoritas berasal dari negara-negara Afrika.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kedua kiri) berfoto bersama Direktur Operasi III WIKA yang membawahi Divisi Luar Negeri Destiawan Soewardjono (ketiga kiri), dan Direktur Operasi AGPBE Yaya Abdoul Kane (ketiga kanan) seusai penadatanganan kerja sama. - Bisnis.
Menurutnya, potensi di negara-negara Benua Hitam tersebut besar. Pasalnya, beberapa negara maju menyiapkan dana yang cukup besar untuk pembangunan di sana, misalnya Jepang menyiapkan sekitar US$25 miliar untuk beberapa proyek. Begitu juga dengan China yang mengalokasikan dana hampir US$60 miliar.
"Dari situ artinya Afrika akan menjadi pasar yang besar. Beberapa negara di Afrika juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ini juga jadi alasan kami fokus ke sana," ujarnya.
Pada Agustus saat penyelenggaran Indonesia--Africa Infrastructure Dialogue 2019 di Bali, perseroan mendapatkan agreement untuk proyek perumahan rakyat di Pantai Gading senilai US$66 juta dan liquid bulk terminal di Zanzibar senilai US$40 juta.
Pada September lalu, emiten dengan kode saham WIKA ini mendapatkan tambahan pekerjaan senilai US$150 juta untuk pengerjaan container terminal di Zanzibar. Teranyar, perseroan mengenggam kontrak pekerjaan pembangunan Goree Tower di Senegal, Afrika Barat pada awal bulan ini.
WIKA juga menggarap proyek di beberapa negara Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi baik dan sedang agresif membangun infrastruktur, seperti Filipina dan Taiwan. Perseroan juga sedang membidik proyek pengembangan bandara Terminal 3 di Taipe dengan nilai kurang lebih Rp3 triliun. Destiawan menyebutkan hingga kini belum diumumkan pemenang tendernya.
"Kemungkinan awal tahun depan," katanya.
Sepanjang 2019, WIKA membidik nilai kontrak baru senilai Rp61,74 triliun dan hingga Oktober telah merealisasikan kontrak baru senilai Rp31,2 triliun. Untuk tahun depan, perseroan menargetkan pertumbuhan kontrak baru sebesar 20%-25% dari realisasi akhir tahun ini.