Bisnis.com, JAKARTA — Momentum belanja menjelang Natal dan Tahun Baru 2020 segera bergulir. Mampukah sentimen itu mendongkrak penjualan dan saham emiten peritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk.?
Saham emiten peritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk. diperkirakan bisa terangkat setidaknya ke level Rp1.700. Namun, belum banyak analis yang merekomendasikan beli untuk saham dengan kode ACES ini.
Pada perdagangan Senin (9/11/2019), ACES ditutup di level Rp1.485 per saham. Pada perdagangan hari ini hingga pukul 15:25 WIB, ACES menguat 4,04% ke level Rp1.545 per saham. Penguatan itu mendorong ACES mengemas kinerja 3,69% sepanjang tahun berjalan 2019.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya merekomendasikan hold untuk ACES dengan target harga Rp1.700.
“Kami tetap merekomendasikan hold untuk ACES. Target harga kami dihitung menggunakan multiple target dari 25,5 kali pada posisi +1 Standard Deviation (SD) dari niai tengah PE 8 tahun,” tulis Christine dalam riset terbarunya yang dikutip pada Senin (9//12/2019).
Saat ini, ACES diperdagangkan pada perkiraan P/E 2020 sebesar 23,2 kali yang dinilai Christine kurang mengesankan dibandingkan dengan emiten peritel lainnya. Hal itu mengingat pertumbuhan laba perseroan yang melambat pada kuartal III/2019 dibandingkan dengan tahun lalu.
Pada kuartal III/2019, ACES membukukan laba bersih senilai Rp252,8 miliar, naik 6,5% secara kuartalan (quarter to quarter/qoq) tetapi melemah 6,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Kami yakin penurunan bottom line ACES disebabkan oleh tekanan margin dan belanja operasional yang lebih tinggi dari perkiraan,” tulis Christine.
Sementara top line ACES pada kuartal III/2019 senilai Rp2,01 triliun naik 13,2% yoy juga melemah secara kuartalan -3,2%. Secara kumulatif, pendapatan ACES sepanjang Januari—September 2019 Rp5,97 triliun naik 15,7% yoy.
Pertumbuhan pendapatan sebagian besar didorong oleh volume penjualan, seiring dengan kenaikan harga rata-rata penjualan (ASP) yang biasa-biasa saja dan beberapa promosi di toko (in-store promotion).
Selanjutnya, same store sales growth (SSSG) ACES yang tumbuh negatif untuk pertama kalinya sejak 3 tahun terakhir sebesar -0,2% pada Oktober turut menjadi risiko downside.
Sejak awal tahun sampai Oktober, SSSG tercatat 6,5%. Secara wilayah, kawasan di luar Jawa mencatatkan pertumbuhan SSSG paling tinggi 7,6% ditopang pemulihan harga komoditas.
Sementara, kawasan Jakarta dan Jawa kecuali Jakarta masing-masing mencatatkan SSSG sebesar 7% dan 5,6%.
Christine pun khawatir dengan SSSG perseroan pada 2020 karena ekspansi yang terlalu laju pada saat ini disebut berisiko. Perseroan telah banyak memberikan promo in-store untuk menarik pelanggan ke toko barunya.
“Sejauh ini, perseroan telah membuka beberapa toko di mal yang lokasinya tidak terlalu strategis. Apabila hal ini berlangsung terus, kami khawatir terhadap produktivitas perseroan,” tulis Christine.
Dengan demikian, valuasi ACES saat ini disebut tak terlalu bersaing karena perseroan masih mengalami tekanan dari sisi perolehan laba yang mengecewakan dan prospek pendapatan yang melambat.
Di sisi lain, Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar merekomendasikan jual untuk ACES dengan target harga Rp1.550.
Target harga tersebut didasarkan oleh perkiraan PE 2019 sebesar 24 kali, atau nilai tengah selama 3 tahun ditopang oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat.
“Kami yakin SSSG yang cukup kuat baru-baru ini dan pertumbuhan Ace Xpress telah di-price in. Pendapatan kuartal III/2019 memang tak terlalu memuaskan karena potensi tekanan margin akibat Boom Sales,” tulis Isnaputra.
Adapun, Ace Xpress diisebut lebih diterima pasar dengan pertumbuhan SSSG yang high single digit. Walaupun demikian, Isnaputra melihat Ace Xpress belum akan berkontribusi terlalu banyak terhadap pendapatan perseroan dalam waktu dekat karena jumlah gerainya masih kurang dari 1,5% total gerai yang dimiliki ACES.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, sebanyak 14 analis merekomendasikan hold, 5 analis merekomendasikan jual, dan 4 analis merekomendasikan beli untuk ACES dengan target harga rata-rata Rp1.708.