Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspektasi Ekonomi China Dorong Bijih Besi Kembali ke Level US$90

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (9/12/2019) hingga pukul 13.27 WIB, harga bijih besi untuk kontrak Mei 2020 di bursa Dalian menguat 5,86% menjadi US$93,06 per ton.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga bijih besi berjangka berhasil kembali diperdagangkan di atas level US$90 per ton seiring dengan komitmen pemerintah China untuk mempertahankan pertumbuhan dan mengejar reformasi domestik sehingga meningkatkan kepercayaan diri investor terhadap prospek permintaan pada 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (9/12/2019) hingga pukul 13.27 WIB, harga bijih besi untuk kontrak Mei 2020 di bursa Dalian menguat 5,86% menjadi US$93,06 per ton. Sementara itu, harga bijih besi di bursa Singapura untuk kontrak Januari 2020 terapresiasi 6,18% menjadi US$92,65 per ton.

Analis Argonaut Securities Helen Lau mengatakan bahwa terdapat beberapa tanda stabilisasi atau peningkatan ekonomi domestik China yang secara umum sangat positif untuk permintaan komoditas konstruksi, mengingat China merupakan produsen dan konsumen logam terbesar di dunia.

Mengutip Bloomberg, pemerintah China berjanji untuk menghindari risiko keuangan sistemik pada tahun depan dan berencana untuk menjaga ekspansi ekonomi dalam kisaran yang lebih masuk akal.

“Sentimen yang mendukung lainnya adalah impor bijih besi China yang mereda walaupun produksi baja China tetap tinggi sehingga ini menjadi sentimen cukup positif bagi harga bijih besi,” ujar Helen seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (9/12/2019).

Berdasarkan data Pemerintah China, data perdagangan periode November menunjukkan penurunan yang tidak terduga terhadap kinerja ekspornya. Namun, impor komoditas tambang termasuk bijih besi, tembaga, dan batu bara relatif kuat. Impor bijih besi China tetap berada di atas level 90 juta dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sebagai informasi, pada awal tahun ini Vale menghentikan operasional tambang Brucutu yang memiliki kapasitas untuk menghasilkan 93 juta ton bijih besi akibat bencana bendungan yang mematikan. Hal tersebut membuat harga bijih besi menguat tajam, belum lagi ditambah sentimen cuaca yang menahan pengiriman dan pembatasan produksi dari produsen lainnya.

Harga bijih besi sempat menyentuh level tertingginya dalam 5 tahun terakhir pada Juli sebesar US$105,61 per ton. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2019 harga bijih besi telah bergerak menguat 30,27%.

Namun, rebound dalam output beberapa produsen bijih besi dalam beberapa perdagangan terakhir menambahkan bukti bahwa pasokan global terus bertambah di tengah prospek permintaan yang melemah akibat perang dagang AS dan China yang berlarut-larut sejak tahun lalu.

Kelompok industri baja teratas di China, sebagai pembeli terbesar, pun memperkirakan bahwa pasar bijih besi sedang menuju surplus pasokan dan memperburuk prospek harga bahan baku.

Di sisi lain, sentimen komitmen pemerintah China juga berhasil berimbas terhadap harga baja berjangka. Di bursa Shanghai, harga baja jenis rebar bergerak menguat 3,04% menjadi 3.521 yuan per ton, sedangkan harga baja jenis HRC berada di level 3.680 yuan per ton, naik 1,69%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper