Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya pada awal perdagangan bulan Desember 2019 dengan ditutup melonjak nyaris 2 persen.
Meski demikian, nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS, sedangkan pergerakan harga komoditas mayoritas dipengaruhi oleh data manufaktur China.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (2/12/2019):
Data Inflasi & Manufaktur China Bawa IHSG Menguat Nyaris 2 Persen
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup menanjak 1,97 persen atau 118,22 poin ke level 6.130,05 pada akhir perdagangan hari ini.
Penguatan indeks mulai berlanjut dengan dibuka naik 0,20 persen atau 11,78 poin di posisi 6.023,61 pada Senin (2/12) pagi. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 6.023,01-6.130,05.
Seluruh sembilan sektor IHSG menetap di zona hijau, dipimpin sektor tambang yang menguat 3,54 persen, disusul sektor konsumer yang naik 2,34 persen.
Inflasi November Rendah, Rupiah Ditutup Terdepresiasi
Rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Senin (2/12/2019) seiring dengan inflasi November yang dirilis lebih rendah daripada perkiraan pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.125 per dolar AS, melemah 0,12% atau 17 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,06% menjadi 98,33.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, inflasi Indonesia periode November dirilis lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yaitu inflasi bulanan 0,14% sedangkan ekspektasi pasar di 0,2%. Selain itu, inflasi tahunan berada di level 3% dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 3,065%.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa inflasi periode November tersebut memberi indikasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di bawah tekanan.
Harga Minyak Mentah Masih di Jalur Hijau
Harga acuan minyak mentah masih memanas pada Senin (2/12/2019), seiring kabar bahwa OPEC dan sekutu mereka akan memangkas lebih curam produksi pada tahun depan.
Data Bloomberg memperlihatkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,24 poin atau 2,25% ke level US$56,41 per barel, pukul 16:28 WIB, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 1,22 poin atau 2,02% menjadi US$61,71 per barel.
Data Ekonomi China Dirilis Positif, Emas Kembali Terkoreksi
Harga emas Comex kontrak Februari 2020 melemah 10,90 poin atau 0,81 persen ke level US$1.460,80 per troy ounce pada pukul 15.53 WIB.
Pelemahan dipicu oleh pasar saham di Asia yang menguat seiring dengan realisasi data ekonomi China yang lebih baik dari perkiraan.
Padahal, pada akhir pekan lalu, emas berhasil bergerak di zona hijau untuk melanjutkan penguatannya, yang telah berada di jalur untuk penguatan tahunan terbaik sejak 2010. Sepanjang tahun berjalan 2019, emas telah bergerak menguat 14,5 persen.
Sebagai informasi, indeks sektor manufaktur China melonjak secara tak terduga pada November 2019, menandakan adanya pemulihan aktivitas industri di tengah dukungan stimulus dari pemerintah untuk menstabilkan pertumbuhan global. Data ekonomi China tersebut berhasil dirilis positif meskipun terdapat ketidakpastian baru dari sengketa perdagangan dengan AS terkait kesepakatan dagang tahap pertama.
Indeks Manufaktur China November Melonjak, Tembaga Ikut Menanjak
Pada perdagangan Senin (2/12/2019) pada pukul 13.44 WIB, harga tembaga di bursa London bergerak menguat 0,31% menjadi US$5.897 per ton. Sepanjang tahun berjalan tembaga telah bergerak melemah 1,6% akibat proyeksi permintaan yang tertekan.
Untuk logam dasar lainnya, aluminium menguat 0,48% menjadi US$1.768,25 per ton, sedangkan timbal melemah 0,32% menjadi US$1.938 per ton dan seng melemah 0,58% menjadi US$2.262,5 per troy ounce.