Bisnis.com, JAKARTA - Emas berubah terkoreksi pada perdagangan Senin (2/12/2019), setelah sempat menyentuh level tertingginya dalam sepekan terakhir.
Pelemahan dipicu oleh pasar saham di Asia yang menguat seiring dengan realisasi data ekonomi China yang lebih baik dari perkiraan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (2/12) hingga pukul 12.13 WIB,harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,27 persen menjadi US$1.460 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Februari 2020 di bursa Comex bergerak melemah 0,44 persen menjadi US$1.466 per troy ounce.
Padahal, pada akhir pekan lalu, emas berhasil bergerak di zona hijau untuk melanjutkan penguatannya, yang telah berada di jalur untuk penguatan tahunan terbaik sejak 2010. Sepanjang tahun berjalan 2019, emas telah bergerak menguat 14,5 persen.
Sebagai informasi, indeks sektor manufaktur China melonjak secara tak terduga pada November 2019, menandakan adanya pemulihan aktivitas industri di tengah dukungan stimulus dari pemerintah untuk menstabilkan pertumbuhan global. Data ekonomi China tersebut berhasil dirilis positif meskipun terdapat ketidakpastian baru dari sengketa perdagangan dengan AS terkait kesepakatan dagang tahap pertama.
Selain itu, Biro Statistik Nasional China mencatat indeks manajer pembelian manufaktur resmi dalam negeri berhasil naik menjadi 50,2, menjadi capaian pertama di atas 50 sejak April. Indeks di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi dalam output, sedangkan di bawah 50 menandakan adanya kontraksi.
Baca Juga
Namun, tetap saja optimisme sedikit terbatasi setelah Gubernur Bank Sentral China Yi Gang menyuarakan nada hati-hati pada kesehatan ekonomi global dan memberikan sinyal bahwa pembuat kebijakan moneter akan terus menahan diri dari langkah pelonggaran skala besar.
Di sisi lain, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan emas masih memiliki kesempatan untuk menguat karena keraguan Presiden AS Donald Trump terhadap China terkait kesepakatan dagang parsial menguntungkan logam mulia. Apalagi, dukungan Trump bagi para demonstran Hong Kong mengancam menenggelamkan kesepakatan perdagangan yang prospektif dengan Beijing.
"Harga emas berpotensi bergerak naik menguji level resisten di US$1.462 per troy ounce, kenaikan lebih lanjut dari level tersebut berpotensi mendukung kenaikan harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$11.464 per troy ounce dan US$1.466 per troy ounce," paparnya seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (2/12).
Kegagalan menguji level resisten US$1.462 per troy ounce, lanjut Yudi, berpeluang menekan harga emas menguji level support US$1.456 per troy ounce dan penurunan lebih lanjut membuka peluang harga emas menguji level support selanjutnya di US$1.454 dan US$1.452 per troy ounce.