Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Ini, Harga Emas Berjangka Turun

Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange tidak berubah pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2019) atau Sabtu (23/11/2019) pagi WIB, tetapi mengalami kerugian moderat untuk pekan ini.
Emas/Istimewa
Emas/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange tidak berubah pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2019) atau Sabtu (23/11/2019) pagi WIB, tetapi mengalami kerugian moderat untuk pekan ini.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember ditutup pada 1.463,60 dolar AS per ounce, tidak berubah dibanding hari sebelumnya tetapi 0,33 persen lebih rendah dari sepekan lalu.

Dalam perdagangan elektronik berikutnya, emas diperdagangkan di wilayah negatif karena pasar ekuitas naik dan dolar AS menguat.

Semua indeks acuan Wall Street, termasuk Dow Jones Industrial Average, S&P 500 dan Indeks Komposit Nasdaq membukukan kenaikan moderat pada perdagangan Jumat (22/11/2019).

Indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, juga naik jauh di atas 98,20. Ketika ekuitas naik dan dolar AS menguat, aset safe-haven emas biasanya kehilangan dukungan karena investor lebih tertari kepada aset berisiko yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 6,5 sen atau 0,38 persen, menjadi ditutup pada 17,00 dolar AS per ounce.

Platinum untuk pengiriman Januari 2020 turun 24,90 dolar AS atau 2,71 persen, menjadi menetap di 892,60 dolar AS per ounce.

Sehari sebelumnya, emas berjangka berakhir lebih rendah, karena dolar AS menguat setelah rilis risalah dari pertemuan Oktober Federal Reserve Amerika Serikat. Kontrak emas jatuh 10,60 dolar AS atau 0,72 persen menjadi ditutup pada 1.463,60 dolar AS per ounce.

Investor masih terus mencerna risalah pertemuan kebijakan The Fed terbaru yang dirilis pada Rabu (20/11/2019), yang menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak perlu memangkas suku bunga sekali lagi kecuali ada "penilaian ulang material dari prospek ekonomi."

"Semua peserta menilai bahwa suku bunga negatif saat ini tampaknya tidak menjadi alat kebijakan moneter yang menarik di Amerika Serikat," bank sentral AS menambahkan dalam risalah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper