Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 22 November : IHSG Tertekan, Rupiah Stagnan

Indeks Harga Saham Gabungan masih tertekan di zona merah meskipun bursa saham lainnya di Asia cenderung menguat. Di sisi lain, nilai tukar rupiah berakhir stagnan hari ini.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). /Antara-Nova Wahyudi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). /Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTAIndeks Harga Saham Gabungan masih tertekan di zona merah meskipun bursa saham lainnya di Asia cenderung menguat. Di sisi lain, nilai tukar rupiah berakhir stagnan hari ini.

Berikut ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (22/11/2019):

IHSG Ditutup Melemah 0,28 Persen

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,28 persen atau 17,12 poin ke level 6.100,24, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan tipis 0,03 persen atau 1,57 poin di posisi 6.115,79

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di zona merah dengan kisaran 6.086,83-6.122,48.

Lima dari sembilan sektor menetap di zona merah, dengan pelemahan terbesar dialami sektor industri dasar yang turun 1,06 persen, disusul sektor properti dengan pelemahan 0,64 persen. Adapun empat sektor lainnya menguat, dipimpin sektor aneka pertanian yang menguat 0,22 persen.

Sebanyak 152 saham menguat, 245 saham melemah, dan 265 saham stagnan dari 662 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Bursa Asia Menguat, Kekhawatiran Perdagangan Masih Tersisa

Bursa saham Asia pulih dari level terendah tiga pekan pada perdagangan Jumat (22/11/2019), namun penguatan dibatasi oleh ketidakpastian investor atas peluang tercapainya kesepakatan China dan Amerika Serikat.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,2 persen. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,12 persen dan 0,32 persen.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng menguat 0,25 persen pada pukul 14.08 WIB. Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China melemah masing-masing 0,63 persen dan 1,02 persen.

Pasar tidak banyak bereaksi terhadap pernyataan Presiden China Xi Jinping, Jumat, yang menyebutkan bahwa negaranya ingin membuat perjanjian perdagangan awal dengan Amerika Serikat dan telah berusaha menghindari perang dagang, tetapi tidak takut untuk melakukan tindakan balasan jika diperlukan.

Catat Faktor Penekan Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berakhir stagnan, pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2019).

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup tak berubah dari posisi Rp14.092 per dolar AS pada perdagangan hari ini, usai bergerak pada kisaran Rp14.090-Rp14.105 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,013 poin atau 0,01% ke level 97,910 pada pukul 17:43 WIB.

Ada sejumlah hal yang menjadi perhatian pasar sepanjang pekan ini. Dalam risetnya, Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mencatat, indeks harga konsumen (IHK) pada November 2019 akan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,18 persen atau tahunan sebesar 3,04 persen.

Menurut Ibrahim jika perkiraan ini tepat,  inflasi tahun kalender Januari-November 2019 sebesar 2,41 persen secara tahunan.

 “Inflasi sampai dengan November masih rendah dan terkendali ini artinya masih stabil, sedangkan perkiraan inflasi 2019 sebesar 3,1 persen masih berada direntang bawah sasaran laju inflasi bank sentral tahun ini 2,5 persen - 4,4 persen secara tahunan,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (22/11/2019).

Ketidakpastian Negosiasi AS—China, Emas Tembus US$1.470

Harga emas menembus level US$1.470 per troy ounce akibat peningkatan permintaan seiring dengan ketidakjelasan negosiasi antara Amerika Serikat dengan China.

Pada perdagangan Jumat (22/11/2019) pukul 19.00 WIB, harga emas spot naik 0,5 persen atau 7,33 poin menjadi US$1.471,4 per troy ounce.

Adapun, emas Comex kontrak Februari 2020 meningkat 0,61 persen atau 9 poin menuju US$1.479,5 per troy ounce.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal, dalam publikasi risetnya Jumat malam menyampaikan bahwa harga emas bergerak naik pada Jumat di tengah masih adanya keraguan pasar terhadap prospek kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok.  

Faisyal mengutip pernyataan Presiden China Xi Jinping, yang menyatakan  China ingin membuat perjanjian perdagangan awal dengan Amerika Serikat. Namun, China juga tidak takut untuk membalas jika perlu. Beijing telah mengundang negosiator perdagangan AS untuk putaran baru negosiasi langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper