Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Miliaran Dolar Menguap dalam Sehari, Bursa Hong Kong Rawan Tertekan Lagi

Bursa saham Hong Kong tampak rawan kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (12/11/2019), seiring dengan meluasnya aksi unjuk rasa aktivis anti-pemerintah.
Bursa Hong Kong/Reuters
Bursa Hong Kong/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Hong Kong tampak rawan kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (12/11/2019), seiring dengan meluasnya aksi unjuk rasa aktivis anti-pemerintah.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Hang Seng naik hanya 0,3 persen pada pukul 9.35 pagi waktu setempat. Saham pengembang lokal Wharf Real Estate Investment Co. turun 2,1 persen, sementara nilai tukar dolar Hong Kong melemah.

Pada perdagangan Senin (11/11/2019) Hang Seng bahkan berakhir anjlok 2,6 persen. Nilai kapitalisasi sebesar US$118 miliar pun menguap begitu saja dari pasar saham kota ini.

Aksi protes bereskalasi setelah seorang mahasiswa meninggal dunia pekan lalu akibat terjatuh dalam operasi pembubaran oleh pihak kepolisian.

Bentrok antara demonstran dan polisi semakin tak terhindarkan setelah polisi Hong Kong menembakkan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa di sisi timur pulau pada Senin (11/11) pagi waktu setempat. Bentrokan pada hari itu menyebabkan penangkapan sekitar 260 orang dan hampir 100 orang terluka.

Aksi ini diawali dengan pertentangan terhadap usulan undang-undang yang memungkinkan ekstradisi ke China daratan. Meski RUU ini telah ditarik, aksi protes kemudian berkembang menjadi ekspresi anti-pemerintah China dan tuntutan melaksanakan pemilu secara demokratis untuk anggota parlemen dan kepala eksekutif.

Pemerintah China menegaskan akan memastikan bahwa hanya orang-orang yang loyal kepada pemerintah pusat yang akan menjadi kepala eksekutif di Hong Kong.

Dalam sebuah unggahan, Zhang Xiaoming, pejabat tinggi China yang mengawasi urusan Hong Kong mengatakan bahwa mayoritas perwakilan di kabinet, lembaga peradilan dan legislatif Hong Kong juga harus mendukung pemerintah pusat.

Pernyataan Zhang tersebut serta merta menyurutkan harapan para aktivis pro-demokrasi terkait penyelenggaraan pemerintah yang demokratis di tengah eskalasi ketegangan di wilayah itu.

“Komentar dari pejabat tinggi China yang mengawasi urusan Hong Kong adalah bagian dari rencana Beijing untuk memperketat kendali atas Hong Kong dan memberi tekanan lebih lanjut pada kubu pro-demokrasi,” ujar Joseph Cheng, seorang profesor di City University of Hong Kong.

“Situasi saat ini di Hong Kong telah berubah menjadi krisis dan itu memberi para pemimpin China alasan untuk menekan garis keras,” tambahnya.

Sementara itu, pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengutarakan harapannya bahwa kota itu akan mengadakan pemilihan distrik bulan ini meskipun aksi protes terus berlangsung.

Ia berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa pemerintah kota akan membatalkan ataupun menunda pemilihan dewan distrik 24 November karena meningkatnya kekerasan.

“Sampai hari ini, kami masih berharap kami dapat mengadakan pemilihan dan mencoba yang terbaik untuk melakukannya karena ini adalah pemilihan penting dengan hak 4 juta pemilih untuk dihormati dan dijaga,” kata Lam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper