Bisnis.com, JAKARTA — Kabar soal keretakan hubungan kerja sama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dengan PT Sriwijaya Air kembali berhembus. Di pasar saham, GIAA turun tipis 0,85 persen pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, saham GIAA turun tipis 5 poin atau 0,85% ke level Rp585 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2019, GIAA sudah lepas landas dengan menguat 96,31%.
Untuk saham GIAA, Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli dengan target harga Rp720 per saham. Sementara itu, Sucor Sekuritas mengerek target harga GIAA ke level Rp670 per saham.
Terkait dengan kabar keretakan hubungan GIAA-Sriwijaya Air, VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M.Ikhsan Rosan menjelaskan bahwa pernyataan Direktur Perawatan dan Servis Garuda Indonesia Iwan Joeniarto yang menyebutkan bahwa Sriwijaya Air Group sudah bukan menjadi bagian dalam kerja sama operasi yang dijalin antara Citilink Indonesia dan Sriwijaya Air ditujukan untuk pihak perusahaan penyewaan pesawat.
“Sehubungan dengan informasi yang beredar di publik perihal penjelasan Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia Iwan Joeniarto bersama ini kami sampaikan bahwa penjelasan tersebut ditujukan kepada Lessor atas pertanyaan mereka tentang posisi Garuda Indonesia atas Sriwijaya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dihimpun, Kamis (7/11/2019).
Dia menambahkan bahwa hubungan keduanya saat ini adalah sebatas pada hubungan business to business dan tanggung jawab Sriwijaya kepada Lessor menjadi tanggung jawab Sriwijaya sendiri.
Baca Juga
Ichsan mengatakan, saat ini pihaknya sedang berdiskusi dan bernegosiasi dengan pemegang saham Sriwijaya perihal penyelesaian kewajiban dan uutang-utang Sriwijaya kepada BNI, Pertamina, GMFI, Gapura Angkasa dan lainnya.
Awal masuknya Garuda Indonesia Group dalam kerjasama manajemen dengan Sriwijaya adalah dalam rangka mengamankan aset dan piutang negara pada Sriwijaya Group.
“Garuda Indonesia berharap Sriwijaya beriktikad baik atas penyelesaian kewajiban-kewajiban mereka kepada institusi negara seperti disebutkan diatas. Sebagai informasi, direksi transisi Sriwijaya yang disepakati bersama telah habis masa tugasnya pada 31 Oktober lalu,” ungkapnya.