Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Rabu (6/11/2019) di level Rp13.992 per dolar AS, menguat 39 poin atau 0,27 persen dari posisi Rp14.031 pada Selasa (5/11/2019).
Kurs jual ditetapkan di Rp14.061 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.922 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp139.
Sebaliknya, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 39 poin atau 0,28 persen ke level Rp14.008 per dolar AS pada pukul 11.10 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (5/11), rupiah ditutup di level Rp13.969 per dolar AS dengan apresiasi sebesar 45 poin atau 0,32 persen di pasar spot, penguatan hari perdagangan ketiga berturut-turut.
Rupiah mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka terdepresiasi 21 poin atau 0,15 persen di level 13.990 pada Rabu (6/11). Sepanjang perdagangan pagi ini, nilai tukar rupiah bergerak di level 13.985-14.013 per dolar AS.
Nilai tukar mata uang lainnya di Asia mayoritas juga melemah terhadap dolar AS, dipimpin peso Filipina yang terdepresiasi 0,36 persen pada pukul 11.18 WIB (lihat tabel).
Pergerakan kurs mata uang di Asia terhadap dolar AS | ||
---|---|---|
Mata uang | Kurs | Pergerakan (persen) |
Peso Filipina | 50,570 | -0,36 |
Rupiah | 14.008 | -0,28 |
Rupee India | 70,8237 | -0,19 |
Ringgit Malaysia | 4,1363 | -0,13 |
Dolar Taiwan | 30,376 | -0,04 |
Baht Thailand | 30,267 | -0,03 |
Won Korea Selatan | 1.157,63 | -0,02 |
Dolar Hong Kong | 7,8328 | -0 |
Yuan Onshore China | 6,9963 | +0,19 |
Yuan Offshore China | 6,9958 | +0,09 |
Yen Jepang | 109,06 | +0,09 |
Dolar Singapura | 1,3581 | +0,01 |
Seiring dengan pergerakan mata uang Asia, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau turun tipis 0,09 persen atau 0,085 poin ke level 97,898 pada pukul 11.08 WIB.
Pada perdagangan Selasa (5/11), indeks dolar AS ditutup di posisi 97,983 dengan penguatan 0,478 poin atau 0,49 persen, kenaikan hari perdagangan kedua berturut-turut.
Dilansir dari Bloomberg, sebagian besar mata uang di Asia diperdagangkan di posisi lebih rendah karena terbebani penguatan dolar AS. Pada saat yang sama, investor mencermati perkembangan terbaru seputar pembicaraan perdagangan AS-China.
“Penggerak utama (terhadap mata uang uang Asia) adalah penguatan dolar AS,” ujar Sim Moh Siong, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore.
“Mata uang Asia (sebelumnya) telah diuntungkan oleh optimisme atas pembicaraan perdagangan AS-China, dengan adanya kemungkinan pengurangan tarif. Tapi ini berupa berita dan mungkin ada jeda pada mata uang Asia untuk saat ini,” terangnya.
Ekspektasi tercapainya kesepakatan perdagangan antara pemerintah AS dan China berikut data ekonomi AS yang kuat berhasil mendongkrak penguatan indeks dolar pada Selasa (5/11).
Harapan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump dapat mengurangi beberapa tarif yang telah dikenakan pada barang-barang asal China sebagai bagian dari "Fase Satu" kesepakatan perdagangan AS-China meningkatkan sentimen untuk aset berisiko di pasar keuangan.
Selain itu, survei mengenai sektor jasa AS yang dirilis pada Selasa (5/11) menunjukkan sentimen bisnis telah meningkat pada Oktober 2019 dari level terendahnya dalam tiga tahun pada September 2019.
Indeks sektor non-manufaktur oleh Institute for Supply Management (ISM) dilaporkan naik menjadi 54,7 dari 52,6 pada September, sekaligus melampaui perkiraan pasar.
Rebound data tersebut serta merta menunjang kenaikan dolar AS, mengingat penurunan indeks akan menunjukkan bahwa keresahan dalam perdagangan yang melanda produsen juga menjalar ke sektor jasa.
Kurs Transaksi Bank Indonesia (Rupiah) | |
---|---|
Tanggal | Kurs |
6 November | 13.992 |
5 November | 14.031 |
4 November | 14.002 |
1 November | 14.066 |
31 Oktober | 14.008 |
Sumber: Bank Indonesia