Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Makin Dekati Kesepakatan, Bursa Asia Menguat

Bursa saham Asia menguat pada hari Senin (4/11/2019) seiring meningkatnya optimisme atas perundingan perdagangan AS-China dan data tenaga kerja AS yang optimis mendorong selera investor global untuk aset berisiko.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada hari Senin (4/11/2019) seiring meningkatnya optimisme atas perundingan perdagangan AS-China dan data tenaga kerja AS yang optimis mendorong selera investor global untuk aset berisiko.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang melonjak 1,08 persen dan menyentuh level tertinggi sejak 24 Juli. Indeks berada di jalur kenaikan harian terbesar sejak 11 Oktober.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 1,58 persen, indeks Kospi menguat 1,43 persen, sedangkan indeks Topix dan Nikkei 225 tidak membuka aktivitas perdagangan.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing menguatr 0,58 persen dan 0,65 persen.

Amerika Serikat dan China mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah membuat kemajuan dalam pembicaraan yang bertujuan untuk meredakan perang dagang, dan para pejabat AS mengatakan kesepakatan dapat ditandatangani bulan ini.

Tetapi dalam sebuah catatan kepada klien, analis di National Australia Bank mengeluarkan nada peringatan.

"Sejauh pembaruan perdagangan AS-China terus mengarah ke kesepakatan fase pertama yang tampak seperti kepastian, masalah kontroversial mengenai apakah AS akan membatalkan tarif yang berlaku bulan Desember dan menghapus beberapa tarif saat ini sesuai dengan tuntutan China masih belum jelas dan jika masalah tidak terselesaikan maka kesepakatan dapat gagal dengan mudah," kata mereka, seperti dikutip Reuters.

Dalam komentar pada hari Jumat, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan tarif yang mulai berlaku pada 15 Desember, yang akan mencakup impor China seperti laptop, mainan dan elektronik, masih akan dipertimbangkan, dan keputusan apakah akan membatalkannya ada di tangan Presiden AS Donald Trump.

Sementara itu, pertumbuhan pekerjaan AS melambat kurang dari yang diharapkan pada bulan Oktober, berdasarkan data yang dirilis Departemen Tenaga Kerja pada hari Jumat.

Data tersebut sejalan dengan survei manufaktur di China yang menunjukkan aktivitas pabrik yang lebih baik dari perkiraan pada bulan Oktober.

Rob Carnell, kepala ekonom Asia-Pasifik di ING di Singapura, mengatakan ada optimisme pasar setelah data menunjukkan pergerakan positif.

"Semua orang mencari angka yang jauh lebih buruk dan itu tidak terwujud, jadi beberapa rebound dari itu sepenuhnya masuk akal," ungkapnya.

Namun dia menambahkan bahwa ketidakpastian yang berlanjut atas pembicaraan perdagangan dan sedikit ruang untuk pelonggaran moneter oleh bank sentral global membuat pandangan masih belum jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper