Bisnis.com, JAKARTA—Total dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksa dana menembus rekor terbaru di atas Rp550 triliun pada bulan lalu.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, AUM reksa dana pada Oktober tercatat senilai Rp553,21 triliun. Kenaikan total dana kelolaan tersebut diikuti oleh net subscription atau pembelian reksa dana senilai Rp8,26 triliun, meningkat 53,53% dari posisi Rp5,38 pada bulan sebelumnya.
Pencairan atau redemption yang dilakukan investor pun tercatat berkurang 11,8% menjadi Rp48,03 triliun pada Oktober 2019.
Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menyampaikan bahwasanya total dana kelolaan reksa dana yang menguat ditopang oleh kepastian politik.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, AUM reksa dana pada Oktober tercatat senilai Rp553,21 triliun. Kenaikan total dana kelolaan tersebut diikuti oleh net subscription atau pembelian reksa dana senilai Rp8,26 triliun, meningkat 53,53% dari posisi Rp5,38 pada bulan sebelumnya.
“Sebelumnya kita lihat investor domestik itu sempat menahan diri. Semenjak Pemilu, pelantikan presiden, dan pengumuman kabinet, investor mulai melakukan akumulasi beli,” tutur Hans kepada Bisnis, Minggu (3/11/2019).
Baca Juga
Sementara itu, perang dagang AS—China yang tidak memburuk pada Oktober juga dinilai menjadi nilai tambah. Adapun, saat ini AS dan China masih dalam perundingan yang mana pada bulan ini kedua belah pihak disebut dapat menandatangani kesepakatan.
Namun demikian, Hans pesimistis perang dagang dapat selesai dalam waktu dekat. Pasalnya, masih ada perbedaan pendapatan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Apabila memang tercapai kesepakatan awal antara Washington dan Beijing, diperkirakan hal itu akan melambungkan IHSG menuju 6.700 pada akhir tahun nanti. Menurut Hans, pada sisa dua bulan tahun ini sudah tidak ada katalis baik dari sisi politik dalam negeri maupun dari kebijakan moneter.
Setelah memangkas suku bunga pada Oktober, The Fed pun diperkirakan tidak akan lagi menurunkan suku bunga secara agresif ke depannya.
“Kisaran 6.500—6.700. Masih naik dari level sekarang. Tapi market masih akan konsolidasi dulu untuk sementara,” ujar Hans.
Mengenai aliran modal asing, Hans menilai pergerakannya memang cenderung keluar-masuk dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Hal itu lebih karena faktor rebalancing portofolio.
Adapun, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 2,41% secara bulanan (month-to-month) ke level 6.207 pada akhir perdagangan Jumat (1/11/2019) walaupun investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp3,88 triliun.
Perkembangan Dana Kelolaan Reksa Dana (Rp Triliun) | ||||
---|---|---|---|---|
Periode | NAB | Subscription | Redemption | Net Subscription (Redemption) |
Januari | 519,90 | 49,78 | 45,29 | 4,48 |
Februari | ↑ 520,91 | ↑ 65,34 | ↑ 59,23 | 6,1 |
Maret | ↓ 515,61 | ↓ 64,63 | ↓ 55,43 | 9,2 |
April | ↓ 511,59 | ↓ 64,58 | ↑ 62,48 | 2,09 |
Mei | ↓ 506,08 | ↓ 59,02 | ↓ 58,18 | 0,83 |
Juni | ↑ 512,58 | ↓ 37,65 | ↓ 42,26 | -4,60 |
Juli | ↑ 536,88 | ↑ 79,44 | ↑ 56,49 | 22,94 |
Agustus | ↑ 538,06 | ↓ 52,45 | ↓ 45,85 | 7,60 |
September | ↑ 540,91 | ↑ 59,85 | ↑ 54,46 | 5,38 |
Oktober | ↑ 553,21 | ↓ 56,29 | ↓ 48,03 | 8,26 |
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan.