Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) melanjutkan reli pada Rabu (30/10/2019), karena ekspektasi pasar terhadap kenaikan pengiriman dan potensi turunnya suplai global.
Kedua sentimen tersebut menjaga sentimen CPO untuk tetap bullish. Data Bloomberg menunjukkan harga minyak kelapa sawit dibuka menguat 1,82 persen atau 44 poin ke level 2.461 ringgit per ton pada Rabu (30/10).
Sementara itu, hingga pukul 10.08 WIB, harga CPO masih menguat 1,53 persen atau 37 poin ke level 2.454 ringgit per ton.
Lewat hasil ini, harga CPO sudah menguat selama 6 hari berturut-turut. Bahkan, harga sawit pun sudah melampaui level terkuat tahun ini sebesar 2.369 ringgit per ton pada 28 Januari lalu.
Adapun sejak awal tahun, harga CPO juga sudah melesat 18,31 persen, sedangkan dalam setahun terakhir telah menghijau 15,26 persen.
Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics di Singapura, mengatakan pasar sawit didukung oleh ekspektasi solidnya ekspor dari Malaysia dan penurunan produksi, terutama di Indonesia.
Baca Juga
“Bagian besar dari produksi minyak kelapa sawit kemungkinan besar dipikat oleh sektor biofuel karena permintaan campuran [sawit untuk biofuel] masih kuat,” paparnya seperti dilansir Bloomberg.
Pada pekan lalu, penyurvei kargo AmsPec Agri melaporkan pengiriman sawit dari Malaysia, penyuplai terbesar kedua di dunia, naik 13 persen dari tahun sebelumnya menjadi 1,24 juta ton sepanjang 1-25 Oktober 2019.
Sementara itu, Intertek Testing Services menyatakan ekspor tumbuh 10 persen. Namun, pasar menanti data untuk sebulan penuh.
Meskipun demikian, ada tanda-tanda harga mulai overheating (terlalu panas). Indeks kekuatan relatif 14 hari adalah sekitar 77, di atas level 70 yang menandakan harga overbought (jenuh beli).
Sentimen lain yang membakar harga sawit yaitu rencana Indonesia untuk meningkatkan kuota biodiesel 2020 karena program B30.