Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepanjang Hari Fluktuatif, IHSG Sukses Ditutup Menguat Lagi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperpanjang penguatannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (29/10/2019).
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperpanjang penguatannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (29/10/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup menguat 0,25 persen atau 15,75 poin di level 6.281,14 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Senin (28/10), IHSG berakhir di level 6.265,38 dengan kenaikan 0,21 persen atau 13,04 poin.

Padahal, meskipun dibuka naik tipis 0,04 persen di level 6.267,68 pada Selasa (29/10) pagi, indeks sempat bergerak tak tentu arah antara zona hijau dan merah.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.245,94 – 6.281,14.

Enam dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin properti (+1,47 persen) dan infrastruktur (+1,07 persen). Tiga sektor lainnya ditutup di zona merah, dipimpin barang konsumen yang turun 0,48 persen.

Dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 189 saham menguat, 211 saham melemah, dan 259 saham stagnan.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing naik 1,64 persen dan 1,43 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG di akhir perdagangan.

Di sisi lain, penurunan saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) masing-masing 1,38 persen dan 3,04 persen menjadi penekan sekaligus membatasi besarnya kenaikan IHSG.

Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengatakan pergerakan pasar dipengaruhi sikap wait and see menjelang rilis data ekonomi dan pengumuman suku bunga The Fed.

"Investor akan cenderung wait and see menjelang rilisnya beberapa data perekonomian dan penetepan suku bunga The Fed,” terang Dennies dalam riset hariannya.

Indeks saham lainnya di Asia mayoritas juga mampu berakhir di wilayah positif, di antaranya indeks Nikkei 225 Jepang (+0,47 persen) dan indeks Topix Jepang (+0,86 persen).

Meski demikian, dua indeks saham utama China, yakni Shanghai Composite dan CSI 300 berakhir melemah masing-masing sebesar 0,87 persen dan 0,42 persen.

Dilansir dari Bloomberg, indeks MSCI Asia Pasifik mampu menanjak 0,5 persen didukung penguatan indeks saham Topix Jepang sebesar sekitar 0,9 persen.

Investor saat ini tengah mencari sentimen pendorong baru untuk memperkuat reli saham yang telah mendongkrak indeks S&P 500 mencetak rekor level tertingginya pada perdagangan Senin (28/10/2019).

Reli Wall Street pada Senin didorong oleh optimisme pasar atas tercapainya kesepakatan perdagangan AS-China. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia memperkirakan akan menandatangani bagian penting dari kesepakatan perdagangan dengan China lebih cepat dari jadwal.

Sementara itu, langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS Federal Reserve dalam pertemuan kebijakan moneternya yang berakhir Rabu (30/10/2019) waktu setempat dapat menambah penguatan pasar ekuitas.

Di sisi lain, meskipun laporan keuangan sejumlah perusahaan yang melampaui rata-rata estimasi mampu membantu mendorong sentimen pasar, targetnya telah ditetapkan rendah.

“Apa yang telah kita alami di pasar dalam beberapa pekan terakhir adalah terangkatnya ketidakpastian tentang perdagangan AS-China dan Brexit, selain dukungan dari langkah pelonggaran kebijakan moneter oleh bank-bank sentral,” ujar Sue Trinh, pakar strategi makro global di Manulife Investment Management.

“Risiko yang sebenarnya adalah bahwa kita melihat dorongan untuk harga aset tetapi tidak ada peningkatan nyata dalam ekonomi riil,” tambahnya.

Pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan untuk melambat menjadi 1,6 persen pada kuartal III/2019. Data PDB AS dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (30/10) waktu setempat.

Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah tergelincir dan ditutup melemah tipis 7 poin atau 0,05 persen di level Rp14.035 per dolar AS, setelah berakhir terapresiasi 10 poin atau 0,07 persen di posisi 14.028 pada Senin (28/10).

Sebaliknya, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau naik 0,097 poin atau 0,10 persen ke level 97,861 pada Selasa (29/10) pukul 15.52 WIB.

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

TLKM

+1,64

BMRI

+1,43

ASII

+1,09

MPRO

+19,59

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

HMSP

-1,38

CPIN

-3,04

INDF

-2,60

GGRM

-1,35

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper