Bisnis.com, JAKARTA - Brasil, yang telah memiliki gelar sebagai raja kopi arabika, siap untuk segera mengklaim gelar raja kopi robusta, yang sebelumnya dipegang oleh Vietnam.
Analis Rabobank International di London Carlos Mera mengatakan bahwa para produsen kopi di Brasil dengan cepat mengadopsi teknologi baru yang dapat membantu meningkatkan produksi kopi.
Selain itu, pada saat yang sama mata uang kawasan Amerika Selatan tengah melemah dalam beberapa perdagangan terakhir sehingga menguntungkan para eksportir karena dolar AS yang lebih mahal.
“Mungkin hanya membutuhkan beberapa tahun saja sebelum akhirnya Brasil menyalip Vietnam sebagai penanam robusta top dunia. Agar itu terjadi, pasar perlu melihat real tetap bergerak relatif lemah,” ujar Carlos seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (18/10/2019).
Carlos mengatakan bahwa output kopi robusta Brasil berhasil melonjak dibantu oleh melemahnya real, yield yang tinggi, dan penanaman varietas pohon robusta baru di Rondonia Brasil yang menghasilkan hasil biji tahunan sebanyak 300 karung per hektar dibandingkan dengan hasil sebelumnya hanya sebesar 200 karung per hektar.
Selain itu, irigasi dan persediaan air yang cukup di kawasan kebun Brasil juga telah membantu untuk meningkatkan hasil tanam.
Sementara itu, populasi pohon yang menua di Vietnam rata-rata mendekati rata-rata 50 kantong per hektar, dengan setiap karung berbobot 60 kilogram atau setara dengan 132 pon.
Adapun, produksi robusta Brasil diperkirakan akan melonjak 75% pada musim panen 2019 hingga 2020 dibandingkan dengan produksi kopi robusta 2017. Bahkan, pertumbuhan robusta Brasil jauh melampaui pertumbuhan Vietnam yang hanya tumbuh sebesar 14% dibandingkan dengan periode yang sama.
Kendati demikian, dominansi Brasil yang meningkat adalah berita buruk bagi produsen di seluruh dunia.
Melonjaknya produksi yang bersamaan dengan depresiasi mata uang real telah mendorong harga ke posisi terendah multi-tahun terhadap kedua varietas kopi utama, robusta dan arabika. Harga yang suram tersebut mendorong para petani keluar dari bisnis kopi Amerika Tengah dan area lain karena biaya yang lebih tinggi dan mata uang bertahan lebih baik terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (17/10/2019), harga kopi jenis Arabika berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa ICE melemah 0,69% menjadi US$92,9 per pon. Sepanjang tahun berjalan 2019, harga telah melemah 8,79%.
Sementara itu, harga kopi robusta 10 ton berjangka untuk kontrak Januari 2020 di bursa ICE melemah 1,05% menjadi US$1.227 per ton. Pada perdagangan sebelumnya, harga kopi robusta menyentuh level terendahnya di US$1.211 per ton.
Di sisi lain, pada perdagangan Kamis (17/10/2019) real Brasil ditutup di level 4,1655 real per dolar AS, melemah 0,283%. Secara year to date, real telah terdepresiasi 6,8% terhadap dolar AS.