Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor kopi dari Vietnam, produsen robusta teratas dunia, diperkirakan akan terus turun karena persediaan menyusut. Selain itu, penurunan harga menyebabkan para petani menimbun persediaan.
Menurut perkiraan median dari delapan pedagang yang disurvei oleh Bloomberg, para petani dan tengkulak lokal kemungkinan memegang 5% dari hasil panen, atau 85.000 ton, pada pertengahan September.
“Pengiriman kemungkinan akan terus menurun hingga bulan depan,” kata Le Tien Hung, kepala eksekutif di eksportir nomor 2 Vietnam Simexco Daklak seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/9/2019).
Petani telah memegang stok kopi untuk menghindari penjualan pada saat harga diperdagangkan mendekati level terendah sembilan tahun terakhir.
Harga kopi robusta berjangka telah merosot sekitar 14% tahun ini karena persediaan yang melimpah.
Hung mengatakan, pihaknya tidak berani menjual lebih banyak kopi pada saat ini karena kemungkinan persediaan tidak cukup. “Beberapa pedagang telah bergulat untuk memenuhi kontrak Oktober mereka."
Baca Juga
Dia memperkirakan Vietnam akan mengirimkan tidak lebih dari 120.000 ton pada September dan Oktober. Itu akan menjadi yang terendah untuk dua bulan sejak 2011, ketika ekspor mencapai sekitar 60.000 ton.
Sementara itu, Simexco sendiri melihat pengiriman akan jatuh ke level terendah sekitar 85.000 ton pada musim yang berakhir bulan ini, turun dari rata-rata 100.000 ton.
Eksportir sudah melihat pengiriman jatuh tahun ini. Data bea cukai Vietnam menunjukkan, penjualan bulan lalu menyusut menjadi sekitar 114.000 ton, terendah sejak Agustus 2017. Ekspor dari awal tahun hingga Agustus turun 12% dari tahun sebelumnya.
Jumlah kopi yang diproduksi di Vietnam juga telah menurun, dengan harga yang lebih rendah terus mendorong petani untuk beralih ke tanaman yang lebih menguntungkan.
Menurut perkiraan median 10 pedagang dalam survei, petani mungkin menuai 1,71 juta ton kopi di musim yang berakhir 30 September, atau 90.000 ton lebih sedikit dari pada panen sebelumnya.
Kemerosotan harga kopi berjangka di London juga telah merambat ke Vietnam, dengan harga robusta di wilayah penghasil kopi provinsi Dak Lak diperdagangkan di level 33.100 dong (US$1,43) per kilogram pekan lalu, turun sekitar 13% dari tertinggi tahun lalu.
"Pedagang lokal saat ini harus menawarkan harga US$200 di atas harga London," kata Do Ha Nam, ketua perusahaan pengirim Intimex Group.
Menurutnya, petani kemungkinan besar akan menyimpan sisa persediaan mereka jika harga lokal tetap tidak menguntungkan.