Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Hong Kong bergerak menuju kinerja awal bulan terburuknya sejak Januari, di tengah meningkatnya bentrokan yang memicu kekerasan antara demonstran dan pihak kepolisian.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan Hang Seng melorot 1,2 persen pada perdagangan hari ini, Rabu (2/10/2019), penurunan terlemah untuk perdagangan awal bulan sejak anjlok 2,8 persen pada 2 Januari.
Dampak meningkatnya bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan polisi, disertai laporan kontraksi tajam dalam aktivitas manufaktur di Amerika Serikat (AS), menambah sentimen negatif pasar yang sudah terbebani menyusutnya pembeli dari China daratan.
Aktivitas perdagangan di pasar modal China ditiadakan selama sepekan pascaperayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China.
“Pasar Tiongkok ditutup dan orang-orang berhati-hati tentang negosiasi mendatang antara AS dan China. Mereka tidak ingin mengambil risiko dan mereka lebih suka menjual,” terang Jessie Guo, ahli strategi penelitian ekuitas di China Merchants Securities HK Co.
“Pelemahan hari ini juga merupakan refleksi dari protes di Hong Kong yang telah banyak mempengaruhi investor,” tambahnya, dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
Indeks Hang Seng memberi investor return terburuk di dunia pada kuartal terakhir. Beban pasar akibat pelemahan nilai tukar yuan dan perang dagang bertambah dengan aksi protes jalanan yang kerapkali memicu kekerasan.
Kondisi tersebut menambah tekanan pada laba untuk sejumlah perusahaan terbesar Hong Kong. Indeks Hang Seng pun merosot 8,6 persen pada kuartal ketiga, kinerja kuartalan terburuk dalam empat tahun.
Ketegangan di dalam kota memanas, sehari setelah seorang demonstran ditembak oleh polisi. Insiden ini terjadi untuk pertama kalinya dalam aksi protes yang telah berlangsung selama sekitar empat bulan terakhir.
Saham yang mengalami penurunan terbesar pada perdagangan hari ini di antaranya adalah Link REIT, yang memiliki beberapa pusat perbelanjaan di kota, dan BOC Hong Kong Holdings Ltd., yang kantornya diserang oleh pengunjuk rasa pada Selasa (1/10).
Saham operator layanan kereta MTR Corp, yang stasiunnya terus-menerus menjadi target dalam kerusuhan, pun turun 1,6 persen.
Sementara itu, data penjualan ritel Hong Kong pada bulan Agustus, yang akan dirilis setelah penutupan pasar, diperkirakan akan menunjukkan penurunan bulanan terburuk sejak Februari 2016, menurut data yang dihimpun Bloomberg.
Namun, masih ada ruang untuk optimisme. Sebuah survei Bloomberg baru-baru ini memprediksikan pasar ekuitas Hong Kong akan mengakhiri tahun ini dengan lebih baik karena valuasi yang menarik, berkurangnya tensi perdagangan, dan potensi stimulus dari Beijing.
Data sejak 1989 menunjukkan bursa saham Hong Kong naik rata-rata hampir 6 persen dalam tiga bulan terakhir tahun kalender atau setidaknya dua kali lipat dibandingkan dengan raihan kuartal lainnya.