Bisnis.com, JAKARTA--Saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) bergerak volatil sepanjang tahun berjalan 2019. Mampukah saham perusahaan menara telekomunikasi itu terus memancar menuju level Rp800?
Berdasarkan data Bloomberg, saham emiten berkode TOWR itu melemah 7,25% secara year-to-date. Pada akhir perdagangan Rabu (25/9/2019), TOWR ditutup di level harga Rp640.
Sepanjang tahun berjalan 2019, TOWR sempat menyentuh level harga tertinggi Rp855 pada 14 Februari 2019 dan level harga terendah Rp635 pada 10 September 2019.
Dalam riset yang dipublikasikan Bloomberg, analis PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Raymond Kosasih mengatakan Sarana Menara Nusantara merupakan satu dari tiga operator menara terbesar di Indonesia. Saat ini, perusahaan Grup Djarum itu memiliki pendapatan terkontrak sebesar Rp45 triliun atau setara dengan 6 kali pendapatan tahunan perusahaan.
"TOWR memiliki net gearing ratio yang relatif rendah yakni 2,5 kali membuka peluang untuk akuisisi perusahaan menara berukuran kecil atau yang belum tercatat di Bursa Efek Indonesia," katanya dalam riset.
Raymond mempertahankan rekomendasi beli untuk TOWR dengan target harga Rp875.
Baca Juga
Target harga tersebut telah mengakomodasi risiko dari makroekonomi, kompetisi yang tak rasional sehingga menekan biaya sewa menara, perlambatan pertumbuhan organik dan tantangan akuisisi situs baru, serta tren penaikan biaya operasi.
Ilustrasi jumlah menara dan kolokasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk./www.ptsmn.co.id
Secara terpisah, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan kinerja perusahaan menara mencapai kejayaannya persis ketika operator seluler mengandalkan keuntungan dari SMS dan telepon. Era internet, katanya, belum cukup memberikan keuntungan mumpuni.
Peluang masih terbuka karena operator semakin agresif menggelar jaringan 4G ke seluruh Tanah Air. Jaringan digelar di daerah terpencil hingga kota besar. Di daerah terpencil, jaringan disebar untuk menambah ketersediaan. Di kota besar, jaringan dibangun untuk menambah kecepatan.
Oleh karena itu, dia memperkirakan kinerja TOWR bisa lebih tinggi pada paruh kedua. Sementara itu, perusahaan memiliki kolokasi 1,61 kali. Di bisnis menara, angka kolokasi semakin tinggi menunjukkan profitabilitas yang juga tinggi.
Pada semester I/2019, laba bersih TOWR turun 7,97% secara tahunan menjadi Rp993,51 miliar, sedangkan pendapatannya tumbuh 7,98% year-on-year menjadi Rp3,03 triliun.
"Perolehan bottom line TOWR lebih besar dibandingkan semester I karena ekspansi jaringan operator," ujarnya saat dihubungi Bisnis, belum lama ini.
Alfred merekomendasikan hold TOWR dengan target harga Rp725. Menurutnya, biaya operasi TOWR masih bisa ditekan sehingga terdapat peluang kenaikan harga.
"TOWR masih murah (harga sahamnya) tapi dari sisi performa belum cukup mengesankan dan operating cost juga masih flat," katanya.
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg, target harga saham TOWR dalaam 12 bulan ke depan ada di level Rp922,19 per saham. Dari 21 analis yang mencermati TOWR, sebanyak 16 analis merekomendasikan beli dan 5 analis rekomendasikan hold.
Rekomendasi Saham TOWR | ||
---|---|---|
Sekuritas | Rekomendasi | Target Harga (Rp/saham) |
Ciptadana Sekuritas | buy | 900 |
Macquarie | outperform | 1.200 |
Deutsche Bank | buy | 850 |
Yuanta Sekuritas | buy | 850 |
Credit Suisse | neutral | 795 |
BCA Sekuritas | buy | 1.050 |
UOB Kay Hian | buy | 950 |
HSBC | hold | 750 |
DBS Bank | buy | 930 |
New Street Research | buy | 975 |
Morgan Stanley | Overwt/In-Line | 950 |
Danareksa | buy | 960 |
Sumber: Bloomberg, per 26 September 2019.