Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengizinkan perilisan cadangan minyak mentah darurat negara itu untuk menjaga pasokan minyak global.
Langkah ini diambil setelah serangan drone ke fasilitas minyak Saudi Aramco pada akhir pekan lalu menganggu setengah dari produksi minyak mentah Arab Saudi atau sekitar 5 persen dari pasokan dunia.
"Berdasarkan serangan terhadap Arab Saudi, yang mungkin berdampak pada harga minyak, saya telah mengizinkan pelepasan minyak dari Cadangan Minyak Strategis, jika diperlukan, dalam jumlah yang akan ditentukan cukup untuk menjaga pasar terpasok dengan baik," cuit Trump melalui akun Twitternya.
Harga minyak mentah naik gila-gilaan pada perdagangan pagi ini, Senin (16/9/2019). Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober 2019 melonjak 11,39 persen atau 6,25 poin ke US$61,10 per barel pukul 07.26 WIB.
Adapun minyak Brent kontrak November 2019 terpantau melonjak 12,85 persen atau 7,74 poin ke level US$67,96 per barel. Baik harga minyak WTI maupun Brent naik ke level tertingginya sejak Mei.
Digunakannya Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) AS yang merupakan cadangan minyak mentah darurat terbesar di dunia itu, akan tergantung pada seberapa cepat Saudi dapat melanjutkan produksi dari Aramco, fasilitas minyak mentah terbesar di dunia.
Sejauh ini cadangan minyak itu telah dimanfaatkan oleh sejumlah presiden AS. Misalnya, selama badai Katrina pada 2005 dan konflik di negara-negara penghasil minyak. Cadangan itu juga digunakan oleh Presiden Barack Obama pada Juni 2011 dalam menanggapi gangguan pasokan di Libya dan negara-negara lain.
"Rilis SPR, terutama jika dikoordinasikan dengan tindakan IEA (Badan Energi Internasional), akan mengurangi beberapa lonjakan harga minyak tetapi juga akan tergantung pada risiko geopolitik yang sedang berlangsung dan meningkat," ujar Joe McMonigle, analis energi senior di Hedgeye Risk Management LLC.
Menteri Energi Arab Saudi, Abdulazis bin Salman, mengatakan bahwa serangan drone terhadap kilang minyak Saudi Aramco pada Sabtu (14/9), menyebabkan gangguan sekitar 5,7 juta barel pasokan minyak mentah sekaligus mengancam ekonomi dunia.
Akibat serangan tersebut, produksi minyak di Abqaiq dan Khura terhenti sementara. Sedangkan produksi Aramco yang hilang mencapai separuhnya atau 50%.