Bisnis.com, JAKARTA – Industri minyak Venezuela semakin terbenam. Kabar terbaru menyebutkan, kontraktor minyak asal China menghentikan pekerjaan mereka pada proyek ekspansi di Venezuela karena belum dibayar.
Hal tersebut menggarisbawahi kesulitan bagi rezim Nicolas Maduro bahkan pada usaha energi yang didukung oleh sekutu-sekutnya.
Menurut sebuah dokumen yang dilihat oleh Bloomberg dan seseorang yang akrab dengan masalah ini, dikutip Jumat (6/9), China Huanqiu Contracting (HQC) and Engineering Corporation, sebuah afiliasi dari China National Petroleum Corp yang dikelola pemerintah China, memberitahukan usaha patungan Sinovensa bahwa mereka telah menangguhkan pekerjaan untuk memperluas fasilitas pencampuran minyak mentah sebesar 57% menjadi 165.000 barel per hari.
Hal tersebut berbeda dengan komentar dari Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) yang dikontrol negara bulan lalu mengumumkan ekspansi kedua untuk mengambil produksi menjadi 230.000 barel per hari di proyek tersebut, yang dimiliki bersama oleh PDVSA dan CNPC, perusahaan energi terbesar China.
PDVSA menolak berkomentar. Perwakilan di kantor pers CNPC tidak menjawab dua panggilan, atau segera membalas pesan teks yang meminta komentar.
Penghentian ini merupakan pukulan lain bagi Venezuela, yang semakin bergantung pada perusahaan-perusahaan minyak Rusia dan China untuk menopang industri guna berjuang melawan blokade ekonomi oleh pemerintahan Donald Trump.
Baca Juga
Chevron Corp. dan empat perusahaan layanan ladang minyak AS akan berhenti bekerja di negara Amerika Latin tersebut pada akhir Oktober kecuali jika keringanan sanksi diperpanjang, sehingga berpotensi mempengaruhi hampir setengah rig pengeboran yang beroperasi di negara itu.
Seorang manajer proyek di HQC, mengatakan, dalam sebuah pemberitahuan kepada Sinovensa bahwa terdapat utang lebih dari US$52 juta dalam faktur yang berasal dari 2018, dan kegiatan dalam proyek dihentikan sejak 3 September lalu.
JV adalah sebuah proyek utama di wilayah Orinoco Venezuela yang menawarkan cadangan minyak terbesar di planet ini, dan saat ini menyumbang sekitar setengah dari sisa produksi negara.