Periode | NAB | Subscription | Redemption | Net Subscription |
Januari | 519,90 | 49,78 | 45,29 | 4,48 |
Februari | ↑520,91 | ↑ 65,34 | ↑ 59,23 | 6,1 |
Maret | ↓515,61 | ↓ 64,63 | ↓ 55,43 | 9,2 |
April | ↓511,59 | ↓ 64,58 | ↑ 62,48 | 2,09 |
Mei | ↓506,08 | ↓ 59,02 | ↓ 58,18 | 0,83 |
Juni | ↑512,58 | ↓37,65 | ↓42,26 | - |
Juli | ↑536,88 | ↑ 79,44 | ↑ 56,49 | 22,94 |
Agustus | ↑538,06 | ↓ 52,45 | ↓ 45,85 | 7,60 |
Bisnis.com, JAKARTA—Nilai pembelian atau net subscription industri reksa dana merosot sepanjang bulan lalu seiring dengan kembalinya sentimen negatif dari eksternal ke pasar modal.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, net subscription atau investasi reksa dana pada Agustus 2019 tercatat senilai Rp7,60 triliun, turun 66,87% dibandingkan bulan sebelumnya senilai Rp22,94 triliun.
Sementara itu, total dana kelolaan atau asset under management tercatat stabil senilai Rp538,06 triliun dibandingkan posisi pada Juli 2019 senilai Rp536,88 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana tetap mengapresiasi net subscription reksa dana pada bulan lalu kendati nilainya berkurang.
Dirinya memaparkan, pada Agustus memang ada beberapa isu dari global yang membuat investor khawatir dan menahan diri untuk berinvestasi, seperti memanasnya perang dagang AS—China dan potensi terjadi resesi di Amerika Serikat.
“Tapi [tetap] positif, menurut saya, karena masih net subs. Artinya kondisi global itu tidak mempengaruhi investasi reksa dana untuk melakukan redemption,” jelas Wawan kepada Bisnis.com, Selasa (3/9/2019).
Ke depannya, Wawan optimistis industri reksa dana akan melanjutkan tren net subscription.
Adapun, sepanjang tahun ini hanya pada Juni terjadi net redemption yang lebih disebabkan oleh kecenderungan investor menarik dana menjelang lebaran. Berbeda dengan tahun lalu ketika net redemption terjadi selama 3 bulan berturut-turut pada Juni—Agustus 2018.
Berlanjutnya tren net subs reksa dana, kata Wawan, juga ditopang oleh bertambahnya jumlah investor reksa dana di pasar modal.
Pertambahan investor dinilai bisa menjadi snowball effect yang dapat membuat industri reksa dana semakin berkembang.
“Semoga bisa mencapai 2 juta investor paling tidak di tahun depan. Hal ini otomatis akan menambah subs yang masuk,” ujar Wawan.
Adapun per 9 Agustus 2019, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat jumlah SID investor telah mencapai 2,07 juta. Dari total tersebut, investor ritel berjumlah 2,04 juta dan sisanya berasal dari investor institusi.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menjelaskan, investor reksa dana sendiri tercatat sebanyak 1,39 investor sementara investor saham dan obligasi tercatat sebanyak 995.990 investor.
“Untuk mutual fund (reksa dana), itu angkanya sudah hampir 1,4 juta yaitu 1,39 investor,” ujar Uriep.
Sementara itu, lanjut Wawan, tantangan bagi industri reksa dana saat ini masih dari pelemahan yang terjadi di pasar saham yang menyeret kinerja reksa dana saham.
Infovesta Utama bahkan telah merevisi turun target IHSG menjadi 6.600 pada tahun ini dari target sebelumnya sebesar 6.800.
Dengan demikian, target kinerja reksa dana saham juga diturunkan menjadi 4%—5% saja dibandingkan target sebelumnya yang sampai 10%.
Di sisi lain, target kinerja reksa dana pendapatan justru direvisi naik ke kisaran 9%—10% dari sebelumnya 8%.
Hal itu dilakukan dengan pertimbangan bahwa reksa dana beraset dasar obligasi akan semakin diuntungkan oleh pemangkasan suku bunga Bank Indonesia, seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana terproteksi.