Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah kesulitan melunasi utang sebesar Rp1,3 triliun yang akan jatuh tempo pada akhir bulan ini, saham emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk. naik tajam dan menjadi top gainers pada perdagangan Selasa (3/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, saham emiten berkode APLN itu naik signifikan 26,6 persen menuju level Rp238 per saham pada akhir perdagangan hari ini. APLN bergerak di kisaran Rp188-Rp252 per saham.
Secara year-to-date, APLN mencetak penguatan 56,58 persen. Harga tertinggi APLN di level Rp260 per saham terbentuk pada 24 Juni 2019.
Jumlah saham APLN yang diperdagangkan pada hari ini sebanyak 897,3 juta saham dengan total transaksi sebanyak 21.515 kali. Adapun dana yang terhimpun dari transaksi itu sebesar Rp209,5 miliar.
Penguatan saham tersebut berlangsung di tengah kondisi perseroan yang sedang kesulitan menghimpun dana untuk membayar utang Rp1,3 triliun. APLN memiliki tenggat pembayaran pinjaman sindikasi sebesar Rp1,3 triliun hingga 30 September 2019. Kendati demikian, saldo kas APLN pada Juni hanya sebesar Rp666,67 miliar.
Selain itu, perusahaan memiliki surat utang yang akan jatuh tempo yakni Obligasi I/2014-2015 fase III sebesar Rp451 miliar dan Obligasi I/2014-2015 fase IV Rp99 miliar pada 19 Desember 2019 dan 25 Maret 2019 secara berturut-turut.
Baca Juga
Belum lagi penurunan peringkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk APLN ke BBB dan Fitch Ratings ke level CCC-. Lantas apa yang membuat laju saham APLN kian bugar?
Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menilai proyek superblok APLN di Balikpapan merupakan sinyal positif bagi para investor. Menurutnya dengan rencana pemindahan ibu kota, hal tersebut akan berdampak positif meski dalam jangka panjang.
“Dengan memiliki lahan dan proyek properti di Balikpapan, APLN akan diuntungkan apalagi pemerintah mau memindahkan ibu kota,” sebutnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (3/9/2019).
Sementara itu menurut sumber Bisnis, pergerakan saham APLN yang naik signifikan disebabkan oleh tiga aspek. Pertama, rumor perihal penjualan salah satu mal APLN, yakni Central Park di Jakarta Barat.
Menurutnya, APLN telah menjual mal tersebut sebesar Rp4 triliun. Dengan begitu market cap perseroan akan naik dua kali lipat menjadi Rp8,61 triliun. Dengan kecenderungan pasar properti yang sedang lesu, memiliki jumlah dan kas yang lebih banyak akan memudahkan gerak perseroan ketimbang berbentuk barang.
Kedua, izin Pulau G milik APLN di komplek pulau reklamasi telah keluar semua. Dengan begitu perseroan bisa mulai melakukan pembangunan dll. Terakhir, perseroan sedang melakukan konsolidasi internal untuk mengubah konsep marketing dan jajaran direksi.
Sementara itu, baik Sekretaris Perusahaan APLN Justini dan Direktur Keuangan APLN Cesar M. Dela Cruz belum membalas konfirmasi terkait dengan rumor penjualan Central Park.