Bisnis.com, JAKARTA— PT Indo Tambangraya Megah Tbk. sudah mengantongi pesanan masuk untuk penjualan batu bara sebesar 79 persen dari target 2019.
Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali mengatakan pesanan yangs udah masuk ke perseroan mencapai 79 persen dari target penjualan 2019. Adapun, volume penjualan yang dibidik tahun ini sebanyak 26,5 juta ton.
Yulius mengatakan perseroan belum berencana merevisi target volume produksi dan penjualan pada 2019. “Belum ada revisi, volume produksi masih ditargetkan 23,6 juta ton,” jelasnya di Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Untuk mengerek kinerja pada semester II/2019, dia menyebut perseroan berupaya menurunkan tingkat nisbah kupas atau stripping ratio. Pasalnya, angka tersebut cukup tinggi pada semester I/2019 sehingga mengerek beban pendapatan perseroan.
“[Strategi untuk mengerek kinerja semester II/2019] lebih banyak ke nisbah kupas, biaya transportasi kami turunkan, dan lain-lain. Impak paling besar dari penurunan nisbah kupas," jelasnya.
Emiten berkode saham ITMG itu melaporkan pendapatan bersih naik 10 persen secara tahunan dari US$809 juta pada semester I/2018 menjadi US$893 juta pada semester I/2019. Pencapaian itu ditopang naiknya volume penjualan sebesar 28% secara tahunan menjadi 12,3 juta ton.
Baca Juga
Akan tetapi, terjadi penurunan laba bersih 31 persen secara tahunan pada semester I/2019. Jumlah yang dikantongi perseroan turun dari US$103 juta pada semester I/2018 menjadi US$69 juta per 30 Juni 2019.
Manajemen ITMG mengungkapkan sejalan dengan kenaikan volume penjualan, volume produksi dan biaya produksi juga meningkat. Sebagai catatan, beban pokok pendapatan perseroan naik 25,23 persen secara tahunan pada semester I/2019.
Biaya penambangan misalnya, naik 37,54 persen dari US$276,24 juta pada semester I/2018 menjadi US$379,95 juta pada semester I/2019. Selanjutnya, transportasi batu bara juga naik 12,96 persen secara tahunan menjadi US$41,92 juta pada semester I/2019.
Adapun, kenaikan juga terjadi pada biaya bahan bakar dan minyak 31,56 persen menjadi US$14,55 juta per 30 Juni 2019.
Dengan rata-rata harga jual yang lebih rendah dan biaya yang lebih tinggi, perseroan menyebut margin laba kotor turun dari 28 persen pada semester I/2018 menjadi 18% pada semester I/2019.