Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sahamnya Melorot Hampir 40 Persen, Indo Tambangraya Megah (ITMG) Pertimbangkan Buyback

Pada 2016, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. menempuh buyback saham dengan menyerap sekitar 3% dari saham beredar.
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA— Manajemen PT Indo Tambangraya Megah Tbk. mempertimbangkan aksi pembelian kembali saham beredar atau buyback setelah kinerja saham perseroan di pasar modal terus tergerus sepanjang periode berjalan 2019.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten bersandi ITMG itu menguat 200 poin atau 1,67 persen ke level Rp12.200 pada perdagangan, Selasa (27/8/2019). Akan tetapi, untuk periode berjalan 2019, laju produsen batu bara itu tercatat masih mengalami koreksi 39,75 persen.

Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali mengatakan manajemen mempertimbangkan aksi korporasi buyback. Hal itu sejalan dengan terus menurunnya harga saham di pasar modal.

Yulius menyebut aksi serupa pernah ditempuh perseroan pada 2016. Saat itu, perseroan mendapatkan 3 persen dari 10 persen saham yang ditargetkan lewat buyback.

“Kami mempertimbangkan, untuk target buyback-nya bisa mencapai 10 persen,” ujarnya di Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis Sinarmas Sekuritas Richard Suherman menurukan peringkat ITMG dari add menjadi neutral. Target harga saham perseroan berada di level Rp16.850.

“Kami berbalik kurang konstruktif kepada saham ITMG terutama karena masalah angin sakal di sektor batu bara,” tulisnya dalam riset.

Dalam riset lainnya yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Thomas Radityo, Analis Ciptadana Sekuritas menurunkan peringkat ITMG menjadi hold. Selain itu, target harga dipangkas dari Rp24.500 menjadi Rp13.650.

Thomas menuliskan terdapat kemungkinan harga batu bara sedikit mengalami pemulihan sejalan dengan masuknya musim dingin di China. Akan tetapi, pihaknya memprediksi harga batu bara masih di bawah tekanan kerena China kemungkinan akan mempertahankan kebijakan pembatasan impor dan kelebihan pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper