Bisnis.com, PALEMBANG – Perusahaan asal Sumatra Selatan yang bergerak di jasa pertambangan minyak dan gas, PT Ginting Jaya Energi Tbk. mantap melangkah ke Bursa Efek Indonesia untuk melepas saham perdana kepada publik.
Ginting Jaya Energi merupakan perusahaan dengan spesialisasi pekerjaan work over dan well services (Wows) dan enhanced oil recovery (EOR). Dari aksi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), Ginting Jaya Energi mengincar dana segar sekitar Rp300 miliar–Rp400 miliar.
Direktur Utama Ginting Jaya Energi Jimmy Hidayat mengatakan pihaknya menargetkan akhir tahun ini segera go public.
“Target secepatnya untuk IPO, akhir 2019. Ini lagi persiapan dan proses pengajuan ke regulator,” katanya saat ditemui Bisnis, Selasa (27/8/2019).
Jimmy mengatakan dana hasil IPO bakal digunakan sesuai rencana bisnis Ginting Jaya Energi. Sebagian besar, lanjutnya, akan digunakan untuk pengembangan usaha di bidang pengerjaan jasa sewa rig untuk blok eksploitasi migas di Tanah Air.
Menurut Jimmy yang merupakan generasi kedua dari perusahaan keluarga tersebut, Ginting Jaya Energi membutuhkan waktu sekitar 2 tahun terakhir untuk menyiapkan IPO.
Baca Juga
“Sejauh ini persiapan kami sudah sesuai tahapan [IPO], kami percaya berhasil, sudah audit dan sudah mengikuti proses yang disarankan regulator,” katanya.
Langkah IPO, kata Jimmy, juga sejalan dengan misi menjadi perusahaan pertama di Sumsel yang go public. Selain itu, Ginting Jaya Energi ingin memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki saham perusahaan. Di sisi lain, IPO dinilai sebagai opsi penggalangan dana yang tergolong murah.
Jimmy mengklaim bisnis yang dijalankan GJE memiliki prospek bagus untuk jangka panjang, mengingat tren kebutuhan Wows di Blok Migas terus menanjak. Wows merupakan strategi di sektor migas untuk meningkatkan recovery produksi dalam jangka waktu pendek.
Sementara itu, untuk jangka waktu menengah, produsen migas cenderung memilih metode enhanced oil recovery (EOR) dan untuk jangka panjang adalah drilling.
Jimmy mengemukakan selama ini perusahaan menggarap pengerjaan Wows di blok migas yang ada di Sumsel. Adapun, total rig yang dimiliki perseroan saat ini mencapai 9 unit dari semula 6 unit pada 2017.
Perusahaan yang berdiri sejak 2011 itu mulai fokus bermain di pengerjaan ulang dan perawatan sumur sejak 2014 untuk Pendopo Field, Sumsel, milik PT Pertamina EP. Kini, GJE mengelola work over dan well services tak hanya di Pendopo Field, melainkan juga di Aldera Field dan Prabumulih Field Pertamina EP.
Menurut Jimmy, bidang Wows menjadi pilihan utama untuk menahan laju penurunan produksi yang dialami perusahaan migas. “Wows juga dinilai paling feasible dan merupakan keharusan karena setiap sumur itu harus dirawat secara rutin,” katanya.
Selama ini pengerjaan Wows diambil dari operating expenditure (Opex) atau dana operasional karena bersifat pekerjaan rutin. Dia meyakini GJE dapat ekspansi di segmen Wows dan menjadi perusahaan pengerjaan bidang migas dengan spesialisasi pertama.
Selanjutnya, kata Jimmy, perseroan mengincar pengerjaan di blok migas lainnya, seperti Blok Rokan eks Chevron di Pekanbaru, Blok Mahakam dan Blok eks Petrochina di Jambi.
“Kebutuhan Wows di Blok Rokan saja kami catat bisa 50 unit [rig]. Kami ingin ekspansi di blok-blok terminated yang habis masa kontraknya dan diambil alih oleh Pertamina,” katanya.
Pihaknya menghitung terdapat 30.000 titik sumur existing di Tanah Air, puluhan ribu sumur tersebut merupakan potensi untuk diterapkan work over dan well services. Menurut Jimmy, langkah ekspansi tersebut juga sesuai dengan target produksi minyak nasional yang ditargetkan pemerintah sebanyak 60% berasal dari Pertamina.