Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan saham PT United Tractors Tbk. sudah menyentuh level terendah dalam 1 tahun terakhir pada perdagangan Kamis (22/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten bersandi UNTR tersebut mendarat di level Rp19.975 pada perdagangan, Kamis (22/8). Posisi itu mengalami koreksi 50 poin atau 0,25 persen dibandingkan dengan sesi perdagangan sebelumnya.
Per penutupan kemarin, saham UNTR tercatat diperdagangkan di level Price Earning Ratio (PER) 6,64 kali. Dari data yang dihimpun, posisi itu menjadi yang terendah dalam 1 tahun terakhir.
Sepanjang periode itu, saham entitas anak PT Astra International Tbk. tersebut sempat menyentuh level tertinggi di Rp35.075 per lembar pada Kamis (15/11/2018).
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Head of Research Ciptadana Sekuritas Arief Budiman UNTR melaporkan penjualan alat berat komatsu sebanyak 2.122 unit pada Januari—Juli 2019. Posisi itu turun 26 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dia menyebut pangsa penjualan untuk sektor pertambangan sepanjang periode menciut menjadi 46 persen. Pada periode yang sama sebelumnya, sektor itu berkontribusi 55 persen terhadap volume penjualan komatsu.
Baca Juga
Sementara itu, realisasi volume pemindahan lapisan penutup atau Overburden Removal (OB) tercatat 566 juta bank cubic meter (bcm) pada Januari—Juli 2019, tumbuh 6 persen secara tahunan. Selanjutnya, produksi batu bara tercatat 72,8 juta ton per Juli 2019, naik 7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tetapi, Arief memangkas proyeksi penjualan alat berat UNTR menjadi 3.650 pada 2019 dan 3.380 pada 2020. Pemangkasan dilakukan sejalan dengan asumsi harga batu bara yang lebih rendah dan realisasi volume penjualan yang lebih rendah dari ekspektasi pada Januari—Juli 2019.
Selain itu, proyeksi volume OB dipangkas 3 persen menjadi 925 juta bcm pada 2020. Namun, tahun ini, masih dipertahankan di 907 juta bcm setelah realisasi hingga Juli 2019 lebih tinggi dari ekspektasi.
Di sisi lain, Arief menaikkan perkiraan volume penjualan emas menjadi 390.000—400.000 ounces. Hal itu sejalan dengan realisasi 230.000 ounces pada Januari—Juli 2019.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, dia menurunkan proyeksi laba bersih UNTR menjadi Rp11,4 triliun pada 2019 dan Rp11,5 triliun untuk tahun depan. Namun, pihaknya masih merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga Rp25.000 atau lebih rendah dari sebelumnya Rp33.700.
“Investor sepertinya lebih banyak mengkhawatirkan berlanjutnya pelemahan harga batu bara meskipun pendapatan UNTR tetap solid didukung oleh operasional bisnis emas yang dapat memitigasi pendapatan lebih rendah dari alat berat,” ujarnya dalam riset yang dikutip Bisnis, Jumat (22/8).
Sebagai catatan, UNTR melaporkan pendapatan bersih Rp43,31 triliun pada semester I/2019. Pencapaian tersebut naik 11,22 persen dari Rp 38,94 triliun periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan senilai Rp5,57 triliun pada semester I/2019, tumbuh 1,82 persen dibandingkan dengan Rp5,47 triliun per 30 Juni 2018.
Secara detail, kontribusi masing-masing lini usaha terhadap total pendapatan bersih perseroan yakni mesin konstruksi 28 persen, kontraktor penambangan 44 persen. pertambangan batu bara 16 persen, pertambangan emas 8 persen, dan industri konstruksi 4 persen.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, 26 dari 33 analis yang mengulas saham UNTR masih merekomendasikan beli, 5 analis merekomendasikan hold, dan 2 merekomendasikan jual. Target harga 12 bulan menurut konsensus berada di level Rp31.304 per lembar.