Bisnis.com, JAKARTA – Tanda-tanda tumbuhnya kemerosotan ekonomi global dan turunnya imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) mendorong investor kian memburu aset-aset safe haven, seperti yen dan emas.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun di bawah imbal hasil dua tahun, untuk pertama kalinya sejak 2007. Ini dikenal sebagai inversi kurva imbal hasil dan dianggap oleh investor sebagai tanda bahwa resesi akan datang.
Inversi, dimana imbal hasil 2 tahun diperdagangkan lebih tinggi daripada imbal hasil 10 tahun, dianggap oleh sebagian analis sebagai tanda bahwa ekonomi AS kemungkinan akan memasuki resesi.
Dalam tanda yang mengkhawatirkan bagi investor, imbal hasil Treasury 10 tahun merosot ke level terendahnya dalam tiga tahun pada perdagangan Asia, sedangkan imbal Treasury 30 tahun menembus di bawah target kebijakan suku bunga Federal Reserve AS yakni 2 persen.
Tanda-tanda ini mendorong investor melepaskan aset-aset berisiko dan memburu aset safe haven. Mata uang yen dan harga emas pun menguat setelah kurva imbal Treasury AS berinversi untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar yen diperdagangkan di level 105,94 yen per dolar AS pada hari ini, Kamis (15/8/2019) pukul 09.56 WIB, setelah berakhir menguat 0,77 persen atau 0,82 poin di level 105,92 per dolar AS pada Rabu (14/8/2019).
Adapun harga emas Comex kontrak Desember 2019 lanjut naik 0,21 persen atau 3,20 poin ke level US$1.531 per troy ounce, setelah ditutup menguat 0,9 persen atau 13,70 poin di posisi 1.513 pada Rabu (14/8).
Sentimen inversi kurva imbal hasil itu menambah tekanan pada pasar yang sudah rapuh setelah data ekonomi dari China dan Jerman mengungkapkan dampak buruk perang perdagangan AS dan China.
Jerman mencatat kontraksi dalam produk domestik bruto kuartal kedua, sedangkan pertumbuhan industri China pada bulan Juli mencapai level terendah dalam 17 tahun terakhir.
Mata uang safe haven, emas, obligasi, dan aset berisiko rendah lainnya dapat terus mendapatkan dorongan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global yang buruk.
"Ketika volatilitas naik, pergerakan dolar AS dan yen menjadi sangat berkorelasi dengan imbal hasil Treasury,” ujar Junichi Ishikawa, pakar strategi valuta asing senior di IG Securities, Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
“Saya memperkirakan aset-aset safe haven lainnya akan naik. Sentimennya suram, karena perang perdagangan dan data ekonomi yang buruk,” imbuhnya.
Seiring dengan pergerakan yen, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau terkoreksi tipis 0,027 poin atau 0,03 persen ke level 97,960 pada pukul 09.46 WIB.