Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang tahun berjalan 2019, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. bergerak turun dan mencetak return negatif 13,88 persen. Sentimen apa yang mampu mendorong kinerja saham ADHI kembali kokoh?
Berdasarkan data Bloomberg, saham ADHI parkir di level harga Rp1.365 per saham pada akhir perdagangan Selasa (13/8/2019). ADHI menyusut 13,88 persen dari level harga penutupan pada akhir 2018 Rp1.585 per saham.
Level harga pada penutupan pasar kemarin mencerminkan rasio harga terhadap laba (price to earnings ratio/PER) 11,28 kali.
Sepanjang tahun berjalan 2019, ADHI menyentuh level harga tertinggi Rp1.819 pada 16 Januari 2019. Adapun dalam 5 tahun terakhir, harga tertinggi ADHI ada di level Rp3.800 yang terbentuk pada akhir perdagangan 3 Februari 2019.
Sejumlah analis menilai saham ADHI masih layak dikoleksi meski laba bersih yang dikantongi kontraktor pelat merah itu hanya tumbuh tipis secara tahunan pada semester I/2019.
Emiten berkode saham ADHI itu melaporkan pendapatan Rp5,42 triliun pada semester I/2019. Realisasi itu turun 10,79% dari Rp6,08 triliun periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Dari situ, perseroan membukukan laba bersih Rp215 miliar per 30 Juni 2019. Pencapaian tersebut tumbuh 1,08% dari Rp212,70 miliar periode yang sama tahun lalu.
Manajemen ADHI menyebut realisasi kinerja keuangan semester I/2019 dipengaruhi masih belum banyaknya tender-tender proyek pemerintah. Akan tetapi, perseroan optimistis kondisi itu akan membaik pada sisa tahun ini.
Selain itu, ADHI menyebut juga akan ditopang oleh kontribusi bisnis properti khususnya transit oriented development (TOD). Perseroan mengklaim kontribusi dari lini tersebut sudah mengalami pertumbuhan pada semester I/2019.
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menilai realisasi laba bersih ADHI masih sejalan dengan target pada semester I/2019. Pihaknya meyakini kontraktor pelat merah itu masih mampu mencapai target tahun ini.
“[Pencapaian target] didukung oleh eksekusi proyek yang lebih baik pada semester II/2019,” tulisnya dalam riset yang dikutip Selasa (13/8/2019).
Joshua masih merekomendasikan trading buy saham ADHI. Target harga tidak berubah di level Rp1.800.
Di lain pihak, analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih merekomendasikan beli saham ADHI. Akan tetapi, target harga saham ADHI dipangkas dari Rp2.360 menjadi Rp2.140 per saham.
Dia menjelaskan bahwa realisasi pendapatan ADHI pada semester I/2019 setara dengan 31,7% dari estimasinya. Menurutnya, penurunan pendapatan perseroan disebabkan oleh penyelesaian proyek light rail transit (LRT) Jabodebek yang lebih lambat dari ekspektasi.
Pihaknya menggarisbawahi risiko dari rekomendasi yang diberikan, yakni risiko eksekusi, pembayaran proyek LRT Jabodebek yang terlambat, serta ruang yang terbatas untuk menerbitkan utang baru.
Rekomendasi Saham ADHI | ||
---|---|---|
Sekuritas | Rekomendasi | Target Harga Saham (Rp) |
RHB Research | buy | 2.100 |
Mirae Asset Sekuritas Indonesia | buy | 1.800 |
UOB Kay Hian | buy | 2.240 |
Kresna Sekuritas | buy | 2.140 |
PT Sinarmas Sekuritas | add | 1.700 |
CIMB | add | 1.900 |
Panin Sekuritas | buy | 2.000 |
Sucorinvest Sekuritas | buy | 1.800 |
Danareksa Sekuritas | buy | 2.300 |
Sumber: Bloomberg, per 13 Agustus 2019.