Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berhasil membukukan penguatan pertama kalinya pekan ini pada perdagangan Kamis (8//8/2019), setelah Arab Saudi mengisyaratkan tengah mengambil langkah untuk menstabilkan pasar yang telah diguncang eskalasi perang perdagangan Amerika Serikat-China.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September 2019 ditutup melonjak US$1,45 atau 2,8 persen di level US$52,54 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun minyak Brent kontrak Oktober 2019 menanjak US$1,15 dan berakhir di level US$57,38 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$4,92 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Meski melonjak, minyak mentah di New York tetap membukukan penurunan lebih dari 10 persen pada Agustus. Harga minyak mendapatkan dorongan kenaikan setelah pejabat pemerintah Saudi mengungkapkan eksportir minyak terbesar di dunia ini akan menjaga ekspor minyak di bawah 7 juta barel per hari dan mengalokasikan minyak mentah lebih sedikit dari permintaan pelanggan bulan depan.
Selain itu, produsen minyak mentah terbesar OPEC juga akan mengurangi skala produksinya pada bulan September.
Langkah tersebut membantu minyak rebound dari level penutupan terendahnya sejak Januari, setelah ikut tumbang bersama dengan aset berisiko lainnya pekan ini di tengah kekhawatiran bahwa konflik perdagangan China-AS akan membahayakan kesehatan ekonomi global.
Baca Juga
Menurut pedagang komoditas Vitol Group, pertumbuhan permintaan minyak dunia melambat dan tidak akan melebihi 650.000 barel per hari pada 2019.
“Pernyataan salah satu pemasok minyak mentah terbesar di dunia bahwa mereka akan mencoba menyeimbangkan kembali pasar memberi kelegaan kepada para pedagang,” ujar Michael Loewen, direktur strategi komoditas di Scotiabank.
“Saudi akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga pasar tetap bertahan. Ini telah terbukti di masa lampau dengan mengurangi pasokan, jadi tidak ada alasan untuk mempertanyakan apakah mereka akan melakukannya lagi,” terangnya.
Arab Saudi telah memangkas produksi minyak lebih dari yang dipersyaratkan dalam kesepakatan antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan aliansinya, termasuk Rusia (OPEC+).
“Pertemuan yang direncanakan digelar di Abu Dhabi awal bulan depan akan sangat penting bagi para pemimpin koalisi OPEC+ untuk mengisyaratkan rencana mereka atas produksi,” tutur Helima Croft, kepala strategi komoditas di RBC Capital Markets.
Pasar keuangan di seluruh dunia tertekan selama sepekan terakhir setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 10 persen pada sisa impor senilai US$300 miliar asal China mulai 1 September.
Pada saat yang sama, langkah China untuk membiarkan mata uangnya melemah sebagai respons atas rencana tarif itu memicu kekhawatiran perang mata uang. Perselisihan kedua negara mendorong indikator resesi pasar keuangan ke level peringatan tertinggi sejak 2007.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak September 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
8/8/2019 | 52,54 | +1,45 poin |
7/8/2019 | 51,09 | -2,54 poin |
6/8/2019 | 53,63 | -1,06 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
8/8/2019 | 57,38 | +1,15 poin |
7/8/2019 | 56,23 | -2,71 poin |
6/8/2019 | 58,94 | -0,87 poin |
Sumber: Bloomberg