Bisnis.com, JAKARTA - PT ABM Investama Tbk. merancang strategi untuk memitigasi dampak pelemahan harga batu bara terhadap kinerja perseroan.
Pada semester I/2019, ABM Investama membukukan pendapatan US$286,48 juta, turun 23,97 persen dari US$376,80 juta periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, laba bersih yang dikantongi emiten berkode saham ABMM itu turun 65,75 persen secara tahunan. Tercatat, nilai laba bersih turun dari US$15,27 juta pada semester I/2018 menjadi US$5,23 juta per 30 Juni 2019.
Direktur ABM Investama Adrian Sjamsul menjelaskan bahwa perseroan bergerak di bisnis batu bara. Oleh karena itu, kinerja keuangan perseroan menurutnya sangat terpengaruh oleh harga emas hitam.
“Tahun ini harga batu bara menurun terus akibatnya kinerja kami pun terkoreksi,” paparnya kepada Bisnis.com, Rabu (7/8).
Dalam laporan keuangan semester I/2019, ABMM melaporkan pendapatan dari kontraktor tambang dan tambang batu bara senilai US$205,64 juta. Posisi itu lebih rendah dari US$278,14 juta periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Dia menyebut ada salah satu kontrak pekerjaan perseroan yang berakhir pada 2018. Akibatnya, kontrak yang dikerjakan pada semester I/2019 tidak sebanyak periode semester I/2018.
Kendati demikian, Adrian menyebut perseroan telah mendapatkan kontrak baru sebagai penggantinya. Bahkan, perseroan masih akan mendapatkan tambahan dua kontrak baru pada semester II/2019.
Pihaknya menyebut perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga keuntungan di tengah masih lesunya harga batu bara.
“Kami terus melakukan operational improvement, cost improvement dan finalisasi kontrak baru. Operational improvement itu porsi besar tahun ini,” jelasnya.