Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Lanjutkan Reli, Iran Ada di Baliknya

Minyak melanjutkan reli terpanjang dalam tiga pekan, salah satunya karena ketegangan Iran yang masih berlangsung, memicu kekhawatiran stabilitas aliran minyak di Timur Tengah.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak melanjutkan reli terpanjang dalam tiga pekan, salah satunya karena ketegangan Iran yang masih berlangsung, memicu kekhawatiran stabilitas aliran minyak di Timur Tengah.

Seperti dikutip dari Bloomberg, hingga pukul 16:08 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate kontrak September menguat 0,53 persen atau 0,31 poin menjadi US$58,36 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,63 persen atau 0,41 poin ke posisi US$65,13 per barel.

Far News dilansir dari Bloomberg melaporkan, Iran telah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk mengadakan latihan militer bersama  di Samudra Hindia pada Maret tahun depan.

Stephen Innes, Managing Partner di VM Markets yang berbasis di Singapura menilai, kesepakatan militer Negeri Para Mullah dengan Negeri Beruang Merah tersebut merupakan sisi negatif bagi prospek resolusi ketegangan AS dan Iran.

“Lewat dukungan Rusia, Iran akan merasa kurang terisolir dan lebih tidak fleksibel terhadap tuntutan AS,” katanya.

Ketegangan meningkat di Teluk Persia dalam beberapa bulan terakhir, setelah serangkaian serangan terhadap tanker dan drone.

Chief Executive Officer Britis Petroleum Robertd Dudley mengatakan, pihaknya harus melindungi salah satu kapalnya bulan ini karena khawatir akan menjadi sasaran pasukan Iran.

“[Kami] menghindari pengiriman ke Teluk Persia,” katanya.

Sementara itu, stok minyak mentah AS diperkirakan bakal terus mengetat. Persediaan minyak mentah Amerika turun 6,02 juta barel pekan lalu, menurut sebuah laporan industri.

Jika dikonfirmasi oleh data pemerintah pada Rabu mendatang, hal itu akan menjadi penurunan mingguan ketujuh minyak AS.

Penurunan persediaan minyak mentah AS yang stabil telah meredakan beberapa kekhawatiran tentang permintaan.  Stok minyak Amerika telah turun selama enam minggu hingga 19 Juli lalu, kerugian terpanjang sejak Januari 2018.

Menurut survei Bloomberg, data pemerintah diperkirakan menunjukkan pasokan turun 2,75 juta barel.

Di sisi lain, optimisme tumbuh bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga. Sementara, China dan AS menyimpulkan putaran baru pembicaraan perdagangan di Shanghai pada Rabu besok, 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper