Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa membukukan sesi terburuknya dalam dua bulan pada perdagangan Selasa (30/7/2019), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan retorika perdagangannya terhadap China.
Berdasarkan data Reuters, indeks acuan Eropa Stoxx 600 ditutup merosot 1,5 persen dan bursa saham Jerman yang sensitif terhadap isu perdagangan menyentuh level terendahnya dalam enam pekan setelah Trump memperingatkan China soal penyelesaian kesepakatan perdagangan.
Trump memperingatkan bahwa jika ia terpilih kembali sebagai Presiden AS pada tahun 2020, China akan menghadapi kesepakatan yang jauh lebih sulit, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.
Peringatannya itu dilayangkan justru ketika tim negosiator AS dan China tengah melanjutkan diskusi perdagangan di Shanghai.
Saham produsen otomotif, yang sensitif terhadap pemberitaan mengenai perdagangan, turun 2,3 persen. Namun sektor bank-lah yang memimpin penurunan di antara sektor-sektor Eropa karena tumbuhnya ekspektasi suku bunga lebih rendah.
Bank sentral AS Federal Reserve akan mengakhiri pertemuan kebijakan moneternya pada Rabu (31/7/2019) waktu setempat. Investor mencari sinyal apakah langkah pemangkasan suku bunga 25 basis poin dari bank sentral AS tersebut akan menjadi awal dari siklus pelonggaran.
Baca Juga
“Sangat kecil kemungkinan kita akan melihat konsolidasi besok [Rabu] jika [The Fed] melakukan pemangkasan. Dalam jangka pendek, orang-orang akan mengosongkan buku mereka, mengambil untung, dan bersiap-siap untuk liburan,” ujar Stephane Barbier de la Serre, pakar strategi makro di Makor Capital Markets.
Seiring dengan menumpuknya bukti dampak perang perdagangan yang merugikan pertumbuhan global, harapan bahwa bank-bank sentral dunia akan mengadopsi kebijakan akomodatif telah mendukung pasar global sejak aksi jual besar-besaran pada bulan Mei.
Serangkaian data ekonomi yang lemah dari Prancis, Jerman, dan zona euro secara keseluruhan melukiskan prospek pertumbuhan yang sedikit sehingga memberikan dukungan dovish untuk Bank Sentral Eropa.
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar pound sterling Inggris karena kekhawatiran bahwa Inggris akan keluar dari Uni Eropa (Brexit) tanpa kesepakatan gagal menopang indeks FTSE 100 yang turun 0,5 persen.
Saham bank menjadi hambatan besar pada indeks setelah Bank of England mengatakan mereka harus memberi tahu investor pada tahun 2021 jika mereka dapat ditutup tanpa membuat kekacauan di pasar keuangan.
Sementara itu, induk perusahaan gas Inggris Centrica merosot 19 persen ke level terendahnya dalam lebih dari dua dekade setelah memangkas dividen dan mengatakan bahwa pemimpin eksekutifnya akan mundur.
Adapun saham Imperial Brands PLC dan British American Tobacco PLC tergelincir lebih dari 4 persen setelah pesaingnya, Altria Group, membukukan proyeksi yang kurang bergairah untuk volume rokok domestik.