Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPRO Tetap Optimistis Raih Pendapatan Rp2,6 Triliun

Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto menjelaskan emiten berkode saham PPRO itu tetap optimistis dapat memenuhi target.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti plat merah PT PP Properti Tbk. tetap menargetkan pendapatan dan laba tumbuh menjadi Rp2,6 triliun dan Rp500 miliar kendati kedua pos tengah terkoreksi.

Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto menjelaskan emiten berkode saham PPRO itu tetap optimistis dapat memenuhi target.

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan, PPRO mencatatkan pendapatan sebesar Rp804,10 miliar atau turun 26,05 persen yoy. Penurunan disebabkan oleh terkoreksinya segmen penjualan realti 27,49 persen yoy atau menjadi Rp804,10 miliar sedangkan segmen properti ikut turun tipis 2,38 persen menjadi Rp70,71 miliar.

“Masih sesuai dengan target semula pendapatan masih dikisaran angka Rp2,6 triliun dan laba dikisaran Rp500 miliar yang penting kami tumbuh year of year-nya,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (30/7).

Indaryanto menambahkan kinerja keuangan semester I/2019 tidak begitu baik sebab banyak orang menunggu untuk berinvestasi. Menurutnya dalam enam bulan pertama terdapat dua hajatan demokrasi yang berlangsung secara bersamaan yaitu pilpres dan pileg. Lalu dilanjutkan dengan ramadhan dan lebaran sehingga sedikit banyak memengaruhi penjualan PPRO.

“Itu berpengaruh terhadap marketing [penjualan] dan akibat marketing [penjualan] menurun maka pendapatan juga ikut menurun,” katanya. Selain pendapatan jumlah laba PPRO tersebut pun ikut terkoreksi. Dalam laporan keuangan, kuartal II/2019 laba persersoan tercatat Rp166,00 miliar atau turun 12,1 persen yoy. Adapun laba per saham PPRO menjadi Rp2,69 per lembar dari posisi sebelumnya Rp3,06 per lembar.

Adapun pada semester II/2019 perseroan katalis positif yang dapat menggairahkan industri properti dalam negeri yakni kebijakan Bank Indonesia yang baru-baru ini menurunkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin dari 6 persen menjadi 5,75 persen. Hal tersebut dinilai menjadi angin segar bagi industri properti.

“Nanti pada akhir tahun akan ada penurunan [suku bunga] lagi, itu katalis utama, dengan penurunan bunga bank otomatis minat beli dari para pembeli akan meningkat, apapun yang di developer masalah bunga bank,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper