Bisnis.com, JAKARTA - Pemesanan instrumen surat utang ritel (savings bond ritel/SBR) seri SBR007 menembus Rp3,2 triliun atau melampaui target indikatif yang telah ditetapkan Pemerintah yakni Rp2 triliun kendati kupon yang ditawarkan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Pemerintah menawarkan instrumen surat utang ritel dengan kupon sebesar 7,75% dengan spread terhadap suku bunga acuan sebesar 150 basis poin, tingkat kupon 7,75% ini menjadi kupon acuan bila suku bunga turun.
Kupon ini lebih rendah bila dibandingkan dengan lelang seri SBR006 yakni sebesar 7,95% yang pemesanannnya menyentuh Rp2,26 triliun.
Dari lelang keenam yang digelar Pemerintah itu, jumlah investor baru yang mengikuti lelang sebanyak 9.956 investor. Adapun, dari jumlah tersebut, 51% di antaranya mewakili investor berusia 19 tahun hingga 39 tahun.
Kendati demikian, dari sisi volume transaksi, investor dengan rentang usia 55 tahun hingga 73 tahun mendominasi dengan porsi 41,7% atau Rp1,43 triliun.
Setelah SBR007, Pemerintah akan melelang empat instrumen lainnya hingga akhir 2019. Dengan demikian, sepanjang 2019, Pemerintah menawarkan surat utang bagi investor lelang sebanyak 10 kali.
Baca Juga
Perinciannya, pertama, ST005 yang akan ditawarkan pada 8 Agustus hingga 21 Agustus 2019. Kedua, SBR008 akan ditawarkan pada 5 September sampai 9 September 2019.
Ketiga, ORI016 akan ditawarkan pada 10 Oktober hingga 24 Oktober 2019. Terakhir, ST006 yang akan ditawarkan pada 6 November hingga 20 November 2019.
Sebelumnya, analis fixed income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Dhian Karyantono mengatakan daya tarik SBR007 masih cukup tinggi meskipun dari sisi kupon lebih kecil. Adapun, bila dibandingkan dengan yield obligasi Pemerintah dengan tenor 2 tahun, tingkat kupon SBR007 masih lebih unggul.
Selain itu, dari sisi perpajakan juga mendukung investor ritel menanamkan modal diSBR007 karena hanya terbebani pajak 15% atau lebih rendah bila dibandingkan dengan pajak yang dibenani kepada pemilih instrumen deposito yakni 20%. Namun, dia memperkirakan pemesanan SBR007 tak akan terpaut jauh dengan seri sebelumnya yakni sebesar Rp2 triliun hingga Rp3 triliun.
Alasannya, pertama, masa penawaran SBR007 bersamaan dengan tahun ajaran baru sehingga investor harus mempertimbangkan beban biaya pendidikan. Di waktu yang sama, penawaran pun dilakukan di saat jeda penerimaan gaji.
Kedua, tren kenaikan harga saham yang menjadi salah satu instrumen pengganti SBR yang ditopang oleh proyeksi positif akibat kenaikan peringkat oleh S&P pada akhir Mei 2019. Di samping itu, sentimen dovish dari The Fed yang membuat realisasi pemesanan SBR007 tak akan jauh dari target.
“Karena waktu penawaran mendekati periode pembayaran biaya pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dan juga berada pada jeda penerimaan gaji,” katanya.