Bisnis.com, JAKARTA – Persediaan minyak mentah Amerika Serikat dilaporkan berkurang mendekati 11 juta barel pada pekan lalu, karena sejumlah kilang memangkas produksi. Angka tersebut sekaligus mengonfirmasi proyeksi kelompok industri sebelumnya.
Pada Rabu (24/7/2019) waktu setempat, Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok minyak mentah AS turun 10,8 juta barel pada pekan lalu, tak jauh berbeda dari prediksi American Petroleum Institute sebesar 11 juta barel. Sementara itu, para analis memperkirakan penurunan yang terjadi sebesar 4 juta barel.
Berita ini sempat membuat harga minyak Brent menguat 56 poin menuju level US$64,39 per barel tadi malam, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tumbuh 61 poin atau US$57,38 per barel.
Namun, pada Kamis (25/7) pagi, kedua harga minyak acuan tersebut hanya menguat tipis. Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.03 WIB, harga minyak WTI hanya menguat 0,3 persen atau 0,17 poin ke level US$56,05 per barel, sedangkan harga minyak Brent melemah 0,13 persen atau 0,08 poin ke posisi US$63,26 per barel.
Phil Flynn, analis dari Price Futures Group di Chicago, mengatakan penurunan besar tersebut kemungkinan mengindikasikan poin-poin penting ke depannya apabila didukung oleh sentimen-sentimen positif lainnya.
“Saya pikir kita mulai melihat dampak dari pengurangan produksi OPEC, permintaan yang kuat dalam bentuk angka,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Kamis (25/7).
Baca Juga
Meskipun demikian, Flynn melihat pelaku pasar masih ragu untuk bereaksi berlebihan menyikapi angka penurunan stok minyak AS tersebut. Sebab, mereka masih diliputi kekhawatiran tentang perelambatan perekonomian global, yang bisa berbuntut pada penurunan permintaan minyak dunia.
EIA juga melaporkan saat ini, stok minyak AS di pusat pengirman Cushing, Oklahama turun 429.000 barel. Produksi di AS turun menjadi 11,3 juta barel per hari dari 12 juta barel per hari pada pekan sebelumnya. Hal itu disebabkan berhenti beroperasinya sejumlah anjungan lepas pantai lantaran Badai Barry.
Sementara itu, operasi kilang minyak mentah turun 233.000 barel per hari dan tingkat utilisasi kilang pun menyusut.
Stok bensin turun 226.000 barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters, yang memproyeksi penurunan sebesar 730.000 barel. Stok minyak sulingan, yang meliputi diesel dan heating oil, naik 613.000 barel dibandingkan ekspektasi untuk peningkatan 499.000 barel.