Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki periode semester II/2019, sejumlah emiten pelayaran semakin mengembangkan layarnya guna mempertebal cuan perseroan sepanjang tahun.
PT Pelita Samudera Shipping Tbk. dan PT Transcoal Pasific Tbk. baru-baru ini menandatangani perjanjian kontrak baru untuk jasa pengangkutan menggunakan kapal laut milik perseroan.
Sekretaris Perusahaan Pelita Samudera Shipping Imelda Agustina Kiagoes mengatakan bahwa perseroan telah berhasil mendapatkan dua kontrak baru senilai US$15,7 juta.
Adapun, dia menjelaskan bahwa kontrak pertama tersebut adalah kontrak jangka panjang dengan masa kontrak selama dua tahun dengan perusahaan tambang batu bara PT Jembayan Muarabara yang merupakan bagian dari kelompok usaha PTT Thailand.
Kontrak tersebut adalah untuk jasa pemindah muatan batu bara dari jasa floating loading facility (FLF) yang beroperasi di area Kalimantan Timur.
Sementara itu, untuk kontrak kedua dengan masa kerja selama satu tahun adalah dengan LG International, perusahaan yang berbasis di Korea. Dalam kontrak tersebut perseroan mendapatkan kesepakatan untuk pengangkutan batu bara di area operasi di Kalimantan Timur dari jasa tug dan barge (TNB) dengan minimum garansi kontrak volume sekitar 1,3 juta metrik ton.
“Dengan adanya kontrak tersebut, kami optimistis target kontrak akan terpenuhi, kalau [hitungannya] terlampaui, kami akan lihat nanti closer to year end,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (22/7/2019).
Dia menjelaskan bahwa hingga semester I/2019, komposisi kontrak untuk segmen kontrak untuk FLF sudah mencapai 90%, perseroan memproyeksikan raihan tersebut tidak akan jauh berbeda pada semester II/2019.
Sementara itu, untuk realisasi kontrak TNB hingga semester I/2019 sudah mencapai 75%, dia memperkirakan pada semester II/2019 akan meningkat hingga 80%.
“Untuk semester I/2018 kontrak FLF hanya 83%, kontrak TNB semester I/2018 sama seperti tahun ini,” jelasnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2019, PSSI mengantongi pendapatan senilai US$17,65 juta atau tumbuh 9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai US$16,16 juta.
Sementara itu, laba bersih perseroan pada periode tersebut tergerus 17% menjadi US$2,19 juta dari tahun laba bersih tahun sebelumnya yang tercatat senilai US$2,64%.
“Dengan target pendapatan yang lebih tinggi pada semester II/2019, segmen FLF dan TNB juga mendukung pertumbuhan pendapatan perseroan pada 2019 selain lini binis terbaru di bulk carrie mother vessel,” pungkasnya.
TCPI
Sementara itu, PT Transcoal Pasific Tbk. berhasil mendapatkan kontrak baru senilai Rp76 miliar untuk jangka waktu selama 3 tahun.
Emiten berkode saham TCPI tersebut menandatangani kontrak baru Supply of Tug & Barges Fleet for The Sea Transportation of Crude Palm Oil (CPO) & Palm Kernel (PIC) in Indonesia yang diperoleh dari suatu perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta, yang bergerak di bidang produksi minyak sawit mentah.
Adapun, kontrak tersebut meliputi jasa pengangkutan crude palm oil (CPO) menggunakan kapal tunda (tug) dan kapal tongkang (barge) dari Labuhan Muat Bunati, Labuhan Muat Kelampai, Labuhan Muat Pangkalan Banteng, Labuhan Muat Pamukan & Sungai Durian, dan Labuhan Muat Tayan ke Labuhan Bongkar Pulau Laut.
Kontrak pengangkutan tersebut untuk jangka waktu 2+1 atau 2 tahun kontrak tetap yang dapat ditambah dengan 1 tahun kontrak, dengan periode yang dimulai pada 1 Agustus 2019.
Selain itu, dengan adanya kontrak tersebut akan berdampak positif terhadap kegiatan operasional perseroan karena mendapatkan kepercayaan dari pelanggan untuk mengangkut CPO yang dimiliki oleh pelanggan.
Sebelumnya, perseroan optimistis mampu membukukan laba Rp200 miliar pada semester I/2019 sejalan dengan serangkaian strategi yang telah dijalankan oleh perseroan.
Pada kuartal I/2019, Transcoal Pacific melaporkan pendapatan Rp601,99 miliar atau tumbuh 12,86% secara tahunan. Dari situ, laba bersih yang dibukukan senilai Rp73,45 miliar atau naik 18,71% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, perseroan masih optimistis membukukan pertumbuhan volume pengangkutan 25% tahun ini. Perseroan memproyeksikan terjadi pertumbuhan volume pengangkutan dari 41,53 juta ton menjadi 51 juta ton pada 2019.