Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berjangka menyentuh level tertinggi 6 pekan terakhir pada Kamis (11/7/2019), karena badai di Teluk Meksiko mengancam produksi minyak mentah AS.
Data Bloomberg memperlihatkan, hingga pukul 11:47 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 0,46% atau 0,28 poin ke posisi US$60,71 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,34% atau 0,23 poin ke posisi US$67,24 per barel.
Produsen-produsen minyak AS pada Rabu (11/7/2019) dikabarkan memotong hampir sepertiga dari produksi minyak mentah mereka Teluk Meksiko, setelah ancaman badai menyapu wilayah tersebut.
Menurut regulator AS, sebanyak 15 platform produksi dan empat rig dievakuasi di utara tengah Teluk Meksiko. Saat yang sama sejumlah perusahaan minyak memindahkan pekerja mereka ke tempat yang aman, sebelum badai diperkirakan akan muncul pada Jumat (12/7/2019).
Sementara itu, sebuah insiden dengan kapal tanker Inggris di Timur Tengah menunjukkan ketegangan yang masih berlangsung di wilayah tersebut.
Dilansir dari Reuters, Kamis (11/7/2019), seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pada Kamis, lima kapal yang diyakini milik Garda Revolusi Iran mendekati kapal tanker minyak Inggris, Rabu (10/7/2019).
Baca Juga
Mereka meminta kapal tanker itu untuk berhenti di perairan Iran. Namun, kelima kapal tersebut mundur setelah ada peringatan melalui radio dari kapal perang Inggris.
Ketegangan di Timur Tengah belum reda, setelah serangan terhadap tanker dan jatuhnya pesawat AS oleh Iran bulan lalu, menyusul penarikan sepihak Presiden Donald Trump dari perjanjian dengan Teheran terkait mengakhiri program nuklir.
Harga minyak juga didukung oleh penurunan persediaan stok minyak mentah AS, yang turun 9,5 juta barel pekan lalu. Energy Information Administration melaporkan, jumlah itu melampaui perkiraan para analis bahwa stok minyak AS berkurang 3,1 juta barel.
Sementara itu, produksi minyak AS tumbuh setelah empat minggu berturut-turut turun. EIA melaporkan, produksi minyak AS pekan lalu tumbuh menjadi 12,3 juta barel per hari.
"Tidak ada yang lebih awal dari awal musim badai untuk mendukung harga minyak, tetapi melihat data EIA, hal itu sebuah gambaran yang lebih cerah untuk pasar minyak AS," kata Stephen Innes, managing partner, Vanguard Markets di Bangkok.
Dia mengatakan, impor minyak AS kemungkinan turun dan pemanfaatan kilang bakal mencapai level tertinggi tahunan.
Benjamin Lu, analis di Phillip Futures di Singapura mengatakan, naiknya tingkat produksi serpih AS, momentum ekonomi global yang lemah, dan ketidakpastian perdagangan akan membatasi kenaikan bullish untuk minyak mentah berjangka.