Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Dipangkas, Emiten Unggas Diproyeksi Masih Lesu

Kinerja sektor unggas secara keseluruhan 2019 diproyeksi menurun dari sisi pendapatan dibandingkan dengan 2018 akibat dari tingginya pasokan.
Peternakan unggas/disnak.jabarprov.go.id
Peternakan unggas/disnak.jabarprov.go.id

Bisnis.com, JAKARTA – Untuk kedua kalinya dalam setahun regulator memutuskan untuk memangkas produksi ayam broiler untuk memperbaiki harga jual. Lalu bagaimana proyeksi kinerja emiten unggas pada paruh kedua 2019 ini?

Dalam surat edaran dari Kementerian Pertanian no:6996/SE/PK.010/F/06/2019, pemerintah menetapkan kebijakan pengurangan anak ayam ras pedaging atau day old chicken (DOC) untuk kelas final stock (FS). Maka pengurangan dilakukan dengan penarikan telur tetas umur 19 hari sebesar 30% dari dalam mesin tetas (hatcher) yang harus dilaksanakan antara 28 Juni sampai 12 Juli 2019.

Akan tetapi kebijakan pengurangan tersebut hanya berlaku kepada perusahaan pembibit ayam ras yang mendistribusikan DOC FS ke wilayah Jawa Tengah. Sebagai gambaran, berdasarkan data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) harga jual ayam di Jawa Tengah ketika kebijakan itu ditetapkan reratanya Rp11.500/kg sedangkan biaya produksi sekitar Rp19.000/kg. Adapun sampai dengan 9 Juli, harga mulai membaik di kisaran Rp20.000/kg atau naik 73,9%.

Dalam riset yang dipublikasikan Bloomberg, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin mengatakan awan mendung sepertinya masih meliputi sektor perunggasan pada paruh kedua 2019.

“Kami menilai prospek untuk sektor unggas masih suram karena permintaan ayam biasanya turun setelah musim perayaan [Idul Fitri], dan harga jagung lokal biasanya meningkat pada semester kedua karena panen jagung yang lebih rendah,” tulisnya dalam riset yang dikutip Kamis (11/7/2019).

Menurutnya dengan kebijakan pengurangan suplai oleh pemerintah mungkin saja memperbaiki harga setelah Juli. Akan tetapi, kinerja sektor unggas secara keseluruhan 2019 akan menurun dari sisi pendapatan dibandingkan dengan 2018 akibat dari tingginya pasokan. Dengan begitu, Mimi mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor unggas.

Di sektor ini, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjadikan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) sebagai top picks. JPFA dinilai memiliki potensi untuk mengantongi penghasilan yang lebih baik pada kuartal II/2019.

“Penyesuaian pasokan akan menjadi katalis positif yang mendorong kinerja sektor unggas dalam waktu dekat. Namun demikian, kami mengantisipasi pelemahan kinerja pada semester II/2019 karena permintaan musiman yang lebih rendah dan harga jagung lokal yang lebih tinggi,” imbuhnya.

EMITEN

Harga Saham per 11 Juli 2019 (Rp/Saham)

Kinerja Saham year-to-date

PER (kali)

JPFA

1.655

-23,02%

15,61 

CPIN

 5.500

-23,88% 

27,78

MAIN

 1.170

-16,13%

7,18 

SIPD

780 

 -23,9%

19,5

Sumber: Bloomberg, per 11 Juli 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper