Bisnis.com, JAKARTA- Emas dan bitcoin berhasil menjadi salah satu aset investasi yang paling diuntungkan pada paruh pertama tahun ini. Namun, peningkatan nilai kedua aset yang terjadi bersamaan tersebut memunculkan kembali perdebatan terkait aset investasi mana yang akan menjadi tempat penyimpanan nilai lebih baik. Emas atau Bitcoin, siapa yang lebih menguntungkan?
Jika dilihat dari belakang, semenjak bitcoin berhasil mengalami reli tajam pada 2017, banyak investor yang menyebutkan bahwa bitcoin memiliki sifat seperti logam kuning sehingga koin kripto dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar tersebut dijuluki sebagai emas versi digital.
Akibatnya, hingga saat ini pasar sering membandingkan emas dengan bitcoin dan menganalisis aset mana yang dapat menguntungkan investor lebih besar.
Dari sisi pasokan, sesungguhnya kedua aset ini sama-sama memiliki jumlah pasokan yang terbatas.
Jumlah emas yang tersedia di Bumi terbatas dan tingkat penambangan relatif stabil. World Gold Council memperkirakan pasokan emas di atas tanah meningkat sekitar 1% hingga 2% per tahun.
Sementara itu, bitcoin hanya akan terdapat 21 juta koin yang tersebar di dunia. Oleh karena itu, bitcoin diperkirakan akan terakhir ditambang pada 2140, sesuai dengan jadwal dan nilai inflasi yang terkendali.
Selain itu, volatilitas harga bitcoin telah membatasi penggunaannya sebagai tempat penyimpanan nilai. Sejak diluncurkan, perubahan harga bitcoin telah 5 kali lebih fluktuatif daripada emas, sehingga menyulitkan trader menerima mata uang kripto sebagai pembayaran.
Adapun, rata-rata perubahan harga intraday bitcoin dalam 2 tahun terakhir melebihi 6%, meskipun volatilitas telah menurun.
Para pendukung emas sering kali mengatakan bahwa suatu aset tidak dapat menjadi penyimpanan nilai yang aman ketika telah terlihat penurunan lebih dari 80% hanya dalam 12 bulan.
Namun nyatanya, emas sesungguhnya juga tidak sepenuhnya kebal. Pada September 2011 hingga Desember 2015, logam kuning ini mengalami penurunan sebanyak 45% terhadap dolar AS.
Oleh karena itu, Analis Bloomberg Intelligence Morgan Barna mengatakan bahwa daripada memposisikan emas dan bitcoin sebagai aset yang saling berlawanan, pihaknya berpendapat bahwa kedua aset tersebut dapat dijadikan aset yang saling melengkapi sebuah portfolio investasi.
"Emas memiliki sifat investasi yang lebih baik dalam beberapa kasus dibandingkan dengan bitcoin, tetapi bitcoin pun demikian terhadap emas," ujar Morgan dalam publikasi risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/7/2019).
Bitcoin lebih mudah untuk dipindahtangankan dan lebih sesuai untuk dijadikan mata uang, tetapi di sisi lain pergerakan emas lebih stabil dengan rekam jejak yang telah terbukti.
Morgan mengatakan bahwa masih banyak investor yang menganggap bitcoin sebagai aset spekulatif terbaik untuk saat ini. Di sisi lainnya, bitcoin memiliki karakteristik yang berpotensi memberikan nilai lebih besar bagi investor dibandingkan dengan emas.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa emas dan bitcoin dapat saling melengkapi portfolio investor untuk lebih mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Adapun, berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan kedua aset tersebut telah berjalan di jalur bullish dengan bitcoin menguat sekitar 206,59% terhadap dolar AS dan emas menguat sekitar 10,88%.
Analis Bloomberg Intellogence Mike McGlone mengatakan bahwa emas dan bitcoin diprediksi masih akan tetap melanjutkan penguatannya sepanjang paruh kedua tahun ini.
"Level US$10.000 per bitcoin telah muncul tahun ini sehingga prediksi kami bitcoin akan bergerak di kisaran US$6.500 per bitcoin hingga US$20.000 per bitcoin," ujar Mike seperti dikutip dalam risetnya, Kamis (4/7/2019).
Kisaran perkiraan harga yang luas tersebut diakibatkan pergerakan harga bitcoin yang juga lebar sehingga apapun dapat terjadi pada bitcoin.
Dia mengatakan jika bitcoin dapat menembus US$20.000 per bitcoin pada tahun ini, maka akan menciptakan pasar bullish baru terhadap bitcoin. Pada perdagangan Kamis (4/7/2019) hingga pukul 17.20 WIB, harga bitcoin di bursa Bitfinex menguat 1,44% menjadi US$11.557 per bitcoin.
Sementara itu, emas memiliki potensi untuk terus melanjutkan reli didorong oleh kemungkinan kebijakan moneter yang lebih longgar oleh mayoritas bank sentral.
Ahli Strategi Emas Asia Pasifik Robin Tsui mengatakan bahwa terlepas dari potensi penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan ini, ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akan membayangi harga emas untuk jangka panjang.
"Ada banyak momentum perdagangan yang menguntungkan bagi emas saat ini," ujar Robin dikutip dari Bloomberg.
Adapun, pada perdagangan Kamis (4/7/2019) hingga pukul 17.38 WIB, harga emas di pasar spot telah terkoreksi 0,21% menjadi US$1.415,8 per troy ounce.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa pada perdagaan saat ini level resisten terdekat emas berada di posisi US$1.420 per troy ounce, sehingga jika menembus ke atas dari level tersebut berpotensi memicu kenaikan harga lebih lanjut menuju US$1.425 per troy ounce sebelum menargetkan ke area resisten kuat di US$1.432 per troy ounce.
"Sebaliknya jika bergerak turun, level support terlihat di US$1.412 per troy ounce dan menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang memicu penurunan lanjutan menuju ke US$1.407 per troy ounce sebelum menargetkan ke area support kunci di US$1.400 per troy ounce," ujar Faisyal dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (4/7/2019).