Bisnis.com, JAKARTA - PT Darmi Bersaudara Tbk. dan PT Indonesian Tobacco Tbk. resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (4/07/2019). Keduanya siap melakukan ekspansi setelah mengantongi dana segar dari hasil IPO senilai total Rp82,52 miliar.
Indonesian Tobacco misalnya, berencana melakukan ekspansi dengan menjajaki India dan China sebagai pasar ekspor baru. Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono mengatakan, ekspansi ke India dan China sebagai strategi perseroan untuk memperluas pasar ekspor.
Saat ini emiten dengan kode saham ITIC tersebut melakukan ekspor ke Singapura dengan kontribusi 1 persen terhadap penjualan. Penjualan terbesar masih dikontribusikan dari domestik, terutama Papua 63 persen, diikuti Kalimantan 12 persen, Nusa Tenggara 11 persen, Sulawesi 9 persen, Jawa 3%, dan Sumatera 1 persen.
Djonny berharap strategi penjajakan ekspor ke India dan China dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap total ekspor perseroan. Mengingat jumlah penduduk dari kedua negara tersebut yang cukup besar.
Perseroan saat ini masih mempelajari peluang kerja sama yang dapat dilakukan untuk ekspor produk olahan tembakau ini. "Jumlah penduduk India dan China adalah pasar yang sangat besar, 6 kali lipat dari jumlah penduduk Indonesia. Kalau kami mampu menggarap 1%-2% saja, itu sudah sangat besar," katanya di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (4/7/2019).
Dari hasil IPO, perseroan berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp60,02 miliar. Dana yang diperoleh dari IPO, seluruhnya untuk modal kerja berupa pembelian bahan baku berupa daun tembakau.
Porsi pembelian tembakau berdasarkan segmen wilayah di antaranya 25 persen Jawa Tengah (Muntilan, Temanggung, Parakan, dan Boyolali), 50 persen Jawa Timur dan Madura (Bondowoso, Kasturi, Maesan, Jombang), dan 25 persen Bali dan Lombok untuk jenis tembakau virgnia).
Pada tahun ini, perseroan menargetkan dapat mencapai volume produksi 2.500 ton. Pada semester I/2019, volume produksi telah mencapai 1.100 ton. Adapun, laba bersih yang diincar sekitar Rp12 miliar sepanjang tahun ini.
Terpisah, Direktur Independen Darmi Bersaudara Lie Kurniawan mengatakan, perseroan mengincar penjualan bersih mencapai Rp64 miliar pada tahun ini, naik 70,12 persen dibandingkan dengan realisasi 2018 sebesar Rp37,62 miliar. Sementara itu, laba bersih yang diincar sebesar Rp3,6 miliar, dua kali lipat dari realisasi 2018 sebesar Rp1,8 miliar.
Emiten dengan kode saham KAYU ini optimistis dapat mencapai target seiring dengan perolehan dana segar dari hasil IPO sebesar Rp22,50 miliar pada Kamis (4/7/2019). Lie menjelaskan, selama ini perseroan belum dapat memenuhi seluruh permintaan produk kayu olahan karena modal kerja yang terbatas.
"Setelah ada dana dari IPO untuk modal kerja, volume penjualan bisa meningkat," katanya di Bursa Efek Indonesia Kamis (4/7/2019).
Sebagai informasi, perusahaan yang berpusat di Surabaya itu akan menggunakan dana dari hasil IPO sebesar 80 persen untuk modal kerja, 20 persen untuk pembelian aset produksi berupa mesin pengolahan kayu yang akan disewakan kepada pihak ketiga yang memiliki izin pengolahan kayu untuk melakukan produksi khusus untuk memenuhi permintaan perseroan.
Penjualan produk KAYU menyasar pasar ekspor, terutama India dan Nepal. Kayu olahan sebagian besar digunakan untuk sektor properti seperti decking, flooring, maupun sebagai pondasi atap rumah.
Lie mengatakan, perseroan sedang menjajaki ekspor ke Korea Selatan dan Australia. Dia berharap ekspor dapat terealisasi pada tahun ini.
"Rencana ekspansi, kami akan memperluas pasar di Korea Selatan dan Australia," imbuhnya.
Pada penutupan perdagangan Kamis (4/7/2019), saham KAYU mengalami kenaikan sebesar 69,33 persen dari harga perdana ke level Rp254. Saham KAYU memiliki price to earning ratio (PER) 84,67 kali dan memiliki kapitalisasi pasar Rp168,91 miliar.
Sementara itu, saham ITIC mengalami kenaikan sebesar 50 persen dari harga perdana ke level Rp330. Saham ITIC memiliki PER 36,67 kali dan memiliki kapitalisasi pasar Rp310,44 miliar.