Bisnis.com, JAKARTA – Minyak kelapa sawit berjangka memperpanjang penurunan harga ke level terendah hampir 4 tahun terakhir, di tengah kekhawatiran kurangnya permintaan ekspor.
Selain itu pelemahan juga dipicu oleh penurunan harga minyak bumi, sehingga mengurangi daya tarik komoditas tropis itu dalam biofuel.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.41 WIB, harga minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,10% atau 2,00 poin ke posisi 1.961 ringgit per ton.
Harga crude palm oil ini sebelumnya dibuka stabil pada level 1.963 ringgit per ton. Level itu merupakan terendah sejak Agustus 2015.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate masih melemah 0,45% atau 0,27 poin ke level US$59,16 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent melemah 0,42% atau 0,28 poin ke level US$66,27 per barel.
Sementara itu, perhatian pasar terfokus pada pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang, Sabtu (28/6/2019). Pelaku pasar masih bimbang dengan pertemuan itu, apakah dapat menyelesaikan konflik dagang kedua negara.
Baca Juga
Kabar buruk lainnya, adalah kenyataan kelapa sawit akan memulai siklus produksi tinggi musiman, dan yang selanjutnya dapat menambah pasokan global.
Marcello Cultrera, manajer penjualan institusional di Phillip Futures Sdn di Kuala Lumpur mengatakan bahwa dengan produksi sawit Indonesia terlihat naik sekitar 3 juta metrik ton pada tahun ini hingga September, harga berada di bawah tekanan.
"Prospek minyak sawit bearish. Harga minyak sawit berjangka Malaysia akan bertahan antara 1.850 ringgit hingga 2.150 ringgit hingga Oktober, dan setelah itu akan diperdagangkan lebih tinggi hingga 2.300 ringgit paling banyak. "