Bisnis.com, JAKARTA - Perak diprediksi dapat bergerak naik tajam melampaui kinerja emas jika perundingan perdagangan AS-China dapat menghasilkan kesepakatan yang positif.
Kepala Penelitian Komoditas Global & Derivatif Bank of America Merril Lynch Fransisco Blanch mengatakan bahwa pergerakan perak telah terdampak dari aktivitas ekonomi yang lebih lemah di sektor industri dan manufaktur.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (26/6/2019) hingga pukul 17.56 WIB, harga perak di pasar spot bergerak melemah 0,51% menjadi US$15,29 per troy ounce. Sementara itu, harga perak di bursa Comex bergerak melemah 0,12% di level US$15,36 per troy ounce.
Sepanjang tahun berjalan, perak telah terkoreksi 1,31%, menjadi satu-satunya logam mulia yang bergerak di zona merah secara year to date.
"Jika aktivitas ekonomi global melalui sektor manufaktur kembali bergelora akibat iklim perdagangan yang lebih baik, saya prediksi perak akan bergerak secara besar-besaran mengungguli emas dalam jangka waktu yang singkat," ujar Francisco seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/6/2019).
Saat ini, perak belum diuntungkan dari masifnya pembelian aset investasi aman, seperti emas, yang didorong oleh kekhawatiran besar bahwa ekonomi global tumbuh melambat sehingga investor menghindari aset berisiko.
Baca Juga
Adapun, fokus pasar saat ini tertuju pada pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir pekan ini. Investor berharap pertemuan tersebut dapat menghasilkan kesepakatan yang positif sehingga mengurangi ketidakpastian pasar.
Selain itu, Pemerintah AS bersedia untuk menunda gelombang kenaikan tarif impor China selanjutnya, terutama untuk produk senilai US$300 miliar.