Bisnis.com, JAKARTA - PT Inocycle Technology Group Tbk. menargetkan bisa meningkatkan penjualan sampai 50% serta laba usaha 80% pada akhir 2019.
Direktur Utama Inocycle Technology Group Tbk Jaehyuk Choi mengatakan laba bersih perseroan pada 2018 sebesar Rp16,04 miliar atau naik 5,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun laba bersih pada 2017 yakni Rp15,26 miliar.
Choi mengatakan bahwa pertumbuhan itu diikuti dengan naiknya laba kotor 47,1%, laba usaha 55,1% dan laba sebelum pajak 9,4%.
“Kemampuan pengembangan produk kapabilitas produksi dan rekam jejak inovasi merupakan salah satu keunggulan kami dibandingkan dengan pesaing. Kami akan berkembang lebih lanjut dan [yakin] tren penggunaan fiber daur ulang akan meningkat,” katanya pada Senin (17/6).
Direktur Inocycle Technology Group Tbk Victor Choi menambahkan perseroan memiliki target untuk meningkatkan penjualan sebesar 50% serta laba usaha 80%. Salah satunya adalah dengan menambah modal kerja dan mengembangkan bisnis baru menggunan dana penawaran umum perdana (IPO).
Choi mengatakan rentang harga saham perdana perseroan antara Rp240 –Rp380 per lembar. Adapun jumlah saham yang diterbitkan sebanyak 800 juta lembar setara dengan 39,996% saham baru. Sementara itu, jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan adalah Rp100 per lembar. Adapun dia berharap ketika melantai perdana semua saham yang diterbitkan bisa disapu bersih.
Sebagai informasi, Inocycle Technology Group Tbk merupakan anak usaha dari Grup Hilon yang bergerak di bidang industry serat tapel buatan dan industry bukan tenunan.
Sementara itu, PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin melalui Vice IPresident Investment Banking Bayu Eko Swastono mengatakan telah menawarkan saham emiten anyar tersebut ke regional dan investor asing. Bayu mengatakan focus penawaran investor asing akan diberatkan ke Korea sebab sudah ada beberapa yang tertarik menyuntikkan dana.
Menurutnya perusahaan tersebut memang masih ‘hijau’ tapi itu peluang bagus sebab Inocycle bisa menjadi market leader dalam sektor daur ulang. Pasalnya belum ada perusahaan terbuka lain yang bergerak di bidang serupa.
“Kami berharap nanti akan masuk di sektor basic industry atau lakin-lain,” katanya. Bayu mengatakan untuk price earning ratio berkisar 7 sampai 11 kali net profit 2019 sebesar Rp59 miliar pada akhir 2019.