Bisnis.com, JAKARTA – Pabrik-pabrik gula di Eropa diperkirakan tutup karena perusahaan dipaksa untuk memangkas biaya, setelah penurunan harga komoditas tersebut.
Ketua Eksekutif Perusahana Gula Prancis Cristal Union Alain Commissaire mengatakan, lonjakan produksi gula di Eropa terjadi usai UE menghapus kuota produksi pada 2017 mendorong jatuhnya harga. Alhasil hal itu memukul industri gula di Benua Biru.
Perusahaan yang berasal dari koperasi merupakan produsen gula terbesar keempat UE.
Pada April lalu, mereka mengumumkan, akan menutup dua pabrik di Prancis pada tahun depan, karena ekspektasi kelebihan pasokan gula global terus menekan harga.
“Semua pihak akan melakukan restrukturisasi. Kami telah mendengarnya di mana-mana. Ada orang-orang yang sudah mengumumkannya, tetapi semua akan dipaksa untuk melakukannya,”katanya, Kamis (6/6/2019) waktu setempat, dikutip dari Reuters, Jumat (7/6/2019).
Pada Februari lalu, Suedzucker, perusahaan gula terbesar di Uni Eropa, mengatakan, akan menutup dua pabrik mereka di Saint Louis Sucre, Prancis. Sementara, Nordzucker akan menutup pabriknya di Swedia sebulan kemudian.
Sebaliknya, prousen gula terbesar Prancis, Tereos, telah berulangkali mengatakan, tidak memiliki rencana penutupan pabrik.
Berdasarkan data Bloomberg, harga gula di Intercontinental Exchange (ICE) telah menguat 2,46% atau 0,30 poin ke level US$12,51 per pon, Jumat (7/6/2019) waktu setempat. Namun, level tersebut telah terjun dari level tertinggginya dalam 5 tahun terakhir, yaitu US$23,42 per pon.