Bisnis.com, JAKARTA — PT Nusantara Infrastructure Tbk. melalui entitas anak PT Energi Infranusantara, mengembangkan bisnis secara anorganik dengan rencana mengakuisisi beberapa proyek pembangkit listrik tenaga biomassa di Kalimantan Barat.
Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure menuturkan perseroan tengah menggenjot bisnis energi, khususnya energi baru terbarukan. Emiten berkode saham META itu menargetkan kapasitas bisnis pembangkit listrik perseroan dapat naik dari 30 megawatt (MW) saat ini menjadi 60 (MW) akhir 2019.
Saat ini, META menjalankan bisnis energi melalui Energi Infranusantara (EI). Anak usaha itu didirikan pada 2012 dengan tujuan berinvestasi di sektor energi, khususnya energi baru terbarukan.
Pada tahun yang sama, EI mengakuisisi kepemilikan saham di PT Inpola Meka Energi (IME). Entitas itu fokus mengembangkan pembangkit hidro, Lau Gunung Hyrdo Power Plant di Tanah Pinem, Sumatra Utara.
IME direncanakan memiliki kapasitas 15 MW. Selain itu, perseroan telah meneken kontrak 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memasok kepada konsumen di Sumatra.
Selanjutnya, EI juga memegang kepemilikan saham di di PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari (RPSL) pada 2018. RPSL merupakan independent power producer (IPP) yang menjalankan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) di Siantan, Mempawah, Kalimantan Barat.
RPSL telah beroperasi dengan kapasitas 15 megawatt. Perseroan telah memiliki kontrak untuk memasok 8 megawatt kepada PLN dan menjadi pembangkit biomasa pertama di Kalimantan Barat.
Sebagai langkah untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik, Deden menyebut perseroan akan menempuh langkah ekspansi anorganik. Artinya, META akan mengembangkan lini usaha itu melalui rencana akuisisi.
“EI mengembangkan usaha anorganik dengan rencana akuisisi beberapa proyek PLTBM di Kalimantan Barat senilai Rp300 miliar,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Berdasarkan catatan Bisnis, selain proyek energi, META juga tengah membidik peluang dalam menginisiasi proyek infrastruktur prakarsa di berbagai daerah mulai dari jalan tol hingga air bersih.
Salah satu rencana yang diungkapkan yakni terkait akuisisi proyek air dengan skala besar. Manajemen menyebut langkah itu akan membuat perseroan naik kelas dari pengadaan kapasitas air yang kecil menjadi pengadaan kapasitas air yang besar.
Kapasitas terpasang bisnis bersih perseroan saat ini sebanyak 1.725 liter per detik. Sampai akhir 2019, ditargetkan kapasitas terpasang mencapai 2.000 liter per detik dengan tingkat penyerapan 80%.
Sementara itu, untuk bisnis jalan tol, META memiliki empat konsesi jalan tol dengan panjang ruas 35 kilometer. Dalam 2 tahun—3 tahun mendatang, perseroan menargetkan dapat menambah hingga dua kali lipat panjang ruas yang beroperasi.