Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kedelai AS ke China Meningkat 15,9 Persen

Impor kedelai China dari Amerika Serikat dilaporkan naik 15,9% pada bulan lalu, seiring dengan berkurangnya ketegangan perdagangan kedua negara beberapa waktu lalu.
Pekerja melakukan proses pengolahan kedelai di salah satu pabrik di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pengolahan kedelai di salah satu pabrik di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Impor kedelai China dari Amerika Serikat dilaporkan naik 15,9% pada bulan lalu, seiring dengan berkurangnya ketegangan perdagangan kedua negara beberapa waktu lalu.

Data Administrasi Umum Kepabeanan China seperti dikutip dari Reuters, Minggu (26/5/2019), menunjukkan bahwa China sebagai pembeli kedelai terbesar dunia, mendatangkan sebanyak 1,75 juta ton biji minyak nabati tersebut dari Amerika Serikat, pada April lalu. Jumlah itu meningkat 15,9% dari 1,51 juta ton pada Maret lalu.

Data April itu mendahului eskalasi perang dagang bulan ini. Namun, impor kedelai dari AS, pemasok terbesar kedua China, sejatinya tergelincir, setelah Beijing memberlakukan tariff 25% untuk kargo Amerika Juli tahun lalu. Pemberlakuan tarif itu merupakan  bagian dari rangkaian perang dagang antar dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Akan tetapi setelah kedua negara melakukan gencatan senjata pada 1 Desember 2018, pembelian terbatas kedelai AS oleh China dilanjutkan. Dalam hal ini, China telah membeli sekitar 14 juta ton kedelai sejak pemberlakuan gencatan senjata tersebut.

Namun, 6 juta ton kedelai lainnya yang telah diantisipasi oleh China bisa dalam bahaya, karena hubungan kedua negara kembali memanas lagi pada awal bulan ini.  

Sementara itu, China pada bulan lalu membeli 5,79 juta ton kedelai dari Brasil, lebih dari dua kali lipat 2,79 juta ton pada bulan sebelumnya.

Untuk bulan ini, impor kedelai China mencapai 7,64 juta ton, naik 11% dari Maret, karena pembeli menjadwalkan kargo tiba pada April untuk mengambil keuntungan dari pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) produk pertanian yang efektif mulai 1 April.

Negeri Panda sangat membutuhkan komoditas bijian tersebut untuk berbagai kebutuhan. China menghancurkan kacang kedelai untuk menghasilkan soymeal untuk ternak. Namun, epidemi demam babi Afrika telah mengurangi permintaan domestik untuk pakan ternak.

Dalam perkembangan lain, harga kedelai kontrak pengiriman Juli 2019 di Chicago Board of Trade menguat 1% atau 8,25 poin ke level US$829,75 per gantang, pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Kenaikan tersebut terjadi karena pasar menunggu rincian paket bantuan pertanian pemerintahan Trump, yang dapat mendorong petani untuk menanam lebih banyak kedelai. “Kami menilai ada dukungan teknis yang sangat bagus [bagi harga kedelai],”kata Karl Setzer, analis pasar Arivisor.

DIa menambahkan, prospek ekspor kedelai AS juga terlihat membaik karena kenaikan harga di Amerika Selatan dan peningkatan margin kedelai di China. Hal tersebut mengindikasikan permintaan kedelai dari importir utama meningkat.

Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan pembelian kedelai secara langsung dari petani senilai US$2 per gantang, sebagai bagian dari paket bantuan untuk mengurangi kerugian akibat perang dagang dengan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper